“Ini kan cuma soal waktu. Tapi soal waktu itu justru yang menimbulkan tanda tanya, atau bukan tanda tanya, sebetulnya tanda orang menganalisis bahwa ada tukar tambah baru, ada konsesi baru,” katanya.
Ia juga menyinggung hubungan politik yang belum final antara Prabowo dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Pertemuan antara keduanya dan juga pertemuan elite Gerindra dan PDIP belum menghasilkan keputusan jelas terkait posisi PDIP dalam pemerintahan mendatang.
Baca Juga: Tanggapan ITB Terkait Mahasiswinya Ditangkap Polisi karena Unggah Meme Jokowi-Prabowo
“Kalau belum ada final solution antara Pak Prabowo dan Ibu Mega, maka reshuffle belum diperlukan,” jelas Rocky. Ia menduga, reshuffle justru bisa menjadi pintu masuk bagi PDIP ke dalam kabinet, tergantung hasil akhir dari negosiasi tersebut.
Rocky menambahkan, pernyataan Prabowo bahwa menterinya berprestasi bisa dibaca sebagai sinyal bahwa tidak ada kebutuhan mendesak untuk mengganti atau menambah menteri, setidaknya sampai proses negosiasi politik dengan PDIP selesai.
Menurut Rocky, perbedaan antara harapan publik dan persepsi subjektif Presiden terhadap kabinetnya harus diperhatikan secara serius.
Ia mencontohkan keberhasilan Wakil Menteri Koperasi Feri Yuliantono dalam pembentukan koperasi sebagai prestasi konkret, tetapi menilai masih banyak sektor lain yang tidak menunjukkan kinerja sepadan.