Iran Gunakan Drone Shahed 129 dan 136 dalam Serangan ke Israel, Ini Spesifikasinya

Sabtu 14 Jun 2025, 14:15 WIB
Drone Shahed 129. (Sumber: militaryedge.org)

Drone Shahed 129. (Sumber: militaryedge.org)

POSKOTA.CO.ID - Iran kembali menjadi sorotan global setelah melancarkan serangan balasan ke Israel menggunakan ratusan pesawat nirawak atau drone.

Pada Jumat pagi, 13 Juni 2025, juru bicara Angkatan Pertahanan Israel (IDF), Brigadir Jenderal Effie Defrin, mengonfirmasi bahwa lebih dari 100 drone pengangkut bahan peledak diarahkan ke wilayah Israel.

Serangan tersebut berasal dari Iran dan sejumlah titik strategis lainnya di kawasan Timur Tengah.

Mengutip laporan The Jerusalem Post, dampak dari serangan ini mendorong otoritas Israel untuk menutup sementara bandara-bandara internasional serta menginstruksikan masyarakat sipil untuk berlindung ke dalam bunker darurat.

Baca Juga: Iran Balas Serangan Israel, Puluhan Warga Terluka di Yerusalem dan Tel Aviv

Meskipun sebagian besar drone berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome, kehadiran drone jenis Shahed 129 dan Shahed 136 dalam operasi ini menarik perhatian dunia.

Shahed 129: Drone Tempur Multifungsi Berdaya Jangkau Jauh

Shahed 129 merupakan pesawat nirawak tempur (Unmanned Combat Aerial Vehicle/UCAV) bermesin tunggal yang dikembangkan oleh Shahed Aviation Industries untuk keperluan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).

Diperkenalkan pertama kali pada 2012, drone ini mampu mengemban dua misi utama, yaitu tempur dan pengintaian strategis.

Menurut Operational Data Integration Network (ODIN) milik U.S. Army Training and Doctrine Command (Tradoc), Shahed 129 memiliki kapasitas muatan maksimum mencapai 400 kilogram.

Baca Juga: Blackbox Maskapai Air India Berhasil Ditemukan

Yang paling mencolok adalah kemampuannya untuk terbang selama 24 jam nonstop dengan jarak jelajah hingga 1.700 kilometer, jarak yang cukup untuk menjangkau Israel dari pusat wilayah Iran.

Persenjataan utama drone ini terdiri dari hingga empat rudal berpemandu Sadid, yang dirancang untuk menghantam sasaran darat dengan akurasi tinggi.

Selain itu, Shahed 129 dibekali sistem kamera termal, perangkat komunikasi anti-jamming, serta kendali jarak jauh, menjadikannya mampu beroperasi dalam wilayah yang mengalami gangguan sinyal elektronik.

Dalam hal desain dan kapabilitas, Shahed 129 sering dibandingkan dengan MQ-1 Predator milik Amerika Serikat.

Penggunaan drone ini telah dilaporkan di beberapa medan konflik, termasuk di Suriah, Yaman, dan Irak, sebagai alat serangan terhadap aset militer milik AS dan sekutunya.

Namun, menurut ODIN, jangkauan kendali efektif drone ini masih terbatas pada koneksi data sejauh 200 kilometer dari stasiun pengendali, sehingga membutuhkan dukungan penguat sinyal atau sistem relay jika digunakan untuk operasi lintas benua.

Baca Juga: Ada Ancaman Perang Dunia III Usai Pecah Konflik Iran vs Israel? Netanyahu: Perang Berlanjut

Shahed 136: Drone Kamikaze Berbiaya Rendah tapi Mematikan

Berbeda dengan Shahed 129, Shahed 136 dirancang sebagai drone satu arah atau kamikaze. Drone ini lebih ekonomis namun tetap mematikan.

Dengan kemampuan membawa hulu ledak antara 20 hingga 50 kilogram, Shahed 136 dirancang untuk menabrak langsung ke target yang telah diprogram sebelumnya.

Desain fisiknya relatif sederhana dengan sayap lurus, badan ramping, serta mesin piston kecil di bagian belakang.

Hal ini memungkinkan Iran untuk memproduksi dan mengerahkan drone ini dalam jumlah besar secara simultan.

Shahed 136 dilengkapi sistem navigasi GPS dan, dalam beberapa varian, kamera kecil di bagian depan untuk meningkatkan akurasi target.

Salah satu keunggulan drone ini adalah kemampuan terbang rendah yang memungkinkannya menghindari deteksi radar, terutama jika diluncurkan dalam jumlah puluhan secara bersamaan.

Menurut laporan The Jerusalem Post, Rusia telah menggunakan Shahed 136 secara luas dalam konflik di Ukraina untuk menyerang jaringan listrik dan kawasan permukiman sipil.

Sementara itu, kelompok proksi Iran juga meluncurkan drone ini terhadap instalasi militer Amerika Serikat di Irak dan Arab Saudi.

Serangan Iran ke Israel menggunakan drone Shahed menandai eskalasi konflik dengan penggunaan teknologi militer canggih yang semakin terjangkau.

Drone kini menjadi senjata favorit dalam peperangan asimetris, menawarkan biaya rendah namun berdampak tinggi terhadap stabilitas regional.

Pihak militer Israel dan sekutunya kini dituntut untuk mengembangkan sistem pertahanan udara yang lebih adaptif terhadap serangan beruntun dari drone kamikaze, seperti Shahed 136, maupun UCAV tempur jarak jauh seperti Shahed 129.

Kombinasi kedua jenis drone ini menciptakan tekanan taktis yang kompleks, terutama dalam situasi konflik terbuka di wilayah padat penduduk.


Berita Terkait


News Update