PHRI Jakarta Sebut Penurunan Okupansi Hotel Akibat Efisiensi Anggaran

Sabtu 31 Mei 2025, 21:26 WIB
Ilustrasi, hotel di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat, 30 Mei 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi, hotel di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat, 30 Mei 2025. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

Oleh karena itu, dukungan pemerintah sangat diperlukan agar segmen masyarakat umum juga dapat meningkat. Sehingga bisa membantu menggerakkan kembali sektor perhotelan dan restoran.

"Sehingga sebenarnya kita tidak terlalu berharap dari asing, tapi yang paling utama itu adalah yang dari dalam negeri, karena 98 persen dari tamu hotel di Jakarta itu kan wisatawan nusantara," kata Sutrisno.

Selain itu, Sutrisno mengatakan, turunnya okupansi juga disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat.

Baca Juga: PHK di Sektor Perhotelan Jakarta Disebut Ancam Perekonomian dan Stabilitas Sosial

Situasi ini menjadi peringatan bagi pelaku industri dan pemerintah untuk mencari solusi bersama agar sektor perhotelan dan restoran dapat bangkit kembali.

Mengingat sektor ini memiliki peran penting dalam perekonomian dan penyerapan tenaga kerja.

"Karena ekonomi kita juga tidak baik-baik saja, daya beli masyarakat yang turun, itu semua menyebabkan memang hasil survei itu mengatakan seperti itu," kata Sutrisno.

Mayoritas Pengusaha Berencana PHK Karyawan

Sutrisno mengungkapkan, ada sekitar 70 persen pelaku usaha hotel dan restoran di Jakarta berencana melakukan PHK pekerja atau karyawannya.

Dia juga memperkirakan para pengusaha pada sektor ini bakal mengurangi 10 persen sampai dengan 30 persen dari total jumlah karyawannya. Karena situasi ini, para pelaku bisnis di sektor ini tak memiliki pilihan selain PHK.

"Langkah PHK ini bukan cuma hotel, tapi juga akan berdampak pada petani, UMKM, logistik, hingga pelaku seni yang selama ini bergantung pada industri pariwisata perkotaan," kata Sutrisno.


Berita Terkait


News Update