Fakta bahwa pelaku dan korban merupakan sesama mahasiswa UGM menambah luka mendalam bagi civitas akademika.
Argo dikenal sebagai mahasiswa berprestasi dari Fakultas Hukum, sementara Christiano Tarigan terdaftar di program International Undergraduate Program Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM.
Kedekatan identitas ini membuat komunitas kampus terguncang. Mahasiswa, dosen, dan pihak fakultas turut menyampaikan belasungkawa melalui doa bersama dan tabur bunga di depan patung Dewi Keadilan, simbol integritas Fakultas Hukum UGM.
Respons Universitas Gadjah Mada dan Proses Hukum
UGM merespons insiden kecelakaan maut tersebut dengan pernyataan resmi. Pihak universitas menegaskan bahwa proses hukum diserahkan sepenuhnya kepada kepolisian, dan berkomitmen memantau proses penyelidikan secara transparan dan akuntabel.
Kedua fakultas yaitu Hukum dan FEB dikabarkan telah menjalin komunikasi untuk mendukung kelancaran proses penyidikan.
Christiano Tarigan saat ini berstatus wajib lapor di Polresta Sleman. Belum ada penetapan tersangka terhadap Christiano.
Organisasi kemahasiswaan HIPMI PT UGM, tempat Christiano bernaung juga telah mengambil tindakan tegas dengan menonaktifkan keanggotaan yang bersangkutan sebagai bentuk komitmen moral terhadap keadilan.
Muncul Tagar Justice For Argo sebagai Desakan Keadilan
Di tengah proses hukum yang berjalan, publik menyerukan keadilan melalui tagar JusticeForArgo yang viral di berbagai platform media sosial.
Publik di internet menuntut agar penanganan kasus ini dilakukan secara objektif dan tidak terpengaruh oleh status sosial atau latar belakang keluarga pelaku.
Christiano Tarigan dikabarkan berasal dari keluarga berada dan terafiliasi dengan perusahaan swasta besar. Kecurigaan publik pun muncul mengenai kemungkinan adanya perlakuan khusus.