Selain itu, faktor sosial seperti kurangnya literasi keuangan, tekanan dari lingkungan, atau kemudahan akses ke aplikasi pinjol juga berperan besar.
Budaya konsumtif yang didorong oleh media sosial dapat memperburuk situasi, karena individu mungkin merasa perlu memenuhi ekspektasi gaya hidup tertentu.
Faktor lingkungan, seperti kemiskinan atau ketidakstabilan ekonomi, juga menjadi pemicu. Di Indonesia, di mana akses ke layanan keuangan formal sering kali terbatas, pinjol menjadi alternatif yang menarik, tetapi juga berisiko.
Ketidakmampuan untuk mengelola keuangan dengan baik sering kali memperparah siklus kecanduan ini.
Baca Juga: Benarkah DC Pinjol Takut Datangi Rumah Debitur? Ini Fakta Mengejutkannya
Cara Mengatasi Kecanduan Pinjol
Mengatasi kecanduan pinjol memerlukan pendekatan yang holistik, mencakup intervensi psikologis dan pengelolaan keuangan.
- Pertama, penting untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk mengatasi pola pikir kompulsif dan dampak emosional dari utang.
- Kedua, edukasi keuangan sangat penting. Individu perlu belajar cara membuat anggaran, mengelola pengeluaran, dan mencari alternatif pendanaan yang lebih aman.
- Ketiga, dukungan sosial dari keluarga atau komunitas dapat membantu mengurangi rasa isolasi dan memberikan motivasi untuk keluar dari siklus utang.