"Kalau seseorang tidak membayar karena tidak punya uang, apa yang mau diinvestigasi?" ujar sang kreator.
Ia menilai bahwa penggunaan istilah tersebut lebih bersifat manipulatif daripada fungsional.
Ancaman Lokasi dan Verifikasi Alamat
Masih dalam email yang sama, disebutkan bahwa penagih akan memverifikasi alamat sesuai KTP untuk melakukan penagihan langsung. Pernyataan ini juga dinilai tidak logis.
Saat mengajukan pinjaman online, sistem pinjol sudah memverifikasi identitas dan lokasi calon nasabah melalui data KTP dan GPS.
Jika pihak pinjol menyatakan masih ingin memastikan alamat, itu dinilai sebagai bentuk intimidasi semata.
Sebab faktanya, mereka sudah memiliki data yang cukup untuk mengetahui keberadaan debitur.
"Pinjol adalah bisnis berbasis rasa takut," kata content creator keuangan tersebut.
"Selama masih banyak orang yang takut, pinjol akan terus eksis. Namun jika nasabah mulai paham, rasa takut itu bisa dilawan," tambahnya.
Bahasa Ancaman yang Berulang
Email yang viral ini juga mencantumkan kalimat seperti: "Intinya kembalikan atau bayarkan uang yang sudah Anda gunakan beserta ketentuan yang berlaku."
Ini memperjelas bahwa motif utama bukanlah investigasi, tetapi mendorong pembayaran dengan tekanan emosional.
Kemudian ia mengibaratkan situasi ini seperti kasus pencurian di kantor. Jika benar ada investigasi, maka prosesnya melibatkan pihak berwajib dan pencarian fakta, bukan hanya meminta pengembalian uang lalu menyelesaikan masalah begitu saja.