Kolaborasi Imajinari–Barunson dapat menjadi contoh sukses bagaimana kekayaan naratif lokal bisa dikembangkan menjadi aset ekspor budaya. Bila proyek remake ini berhasil, maka Indonesia tidak hanya menjadi pasar film, tetapi juga content provider yang diakui dunia.
Baca Juga: Viral! Pasutri Bos CV Sentoso Seal Akhirnya Ditangkap, Terekam Rusak Mobil Kontraktor di Surabaya
Tantangan Adaptasi Budaya dalam Produksi Remake
Meski memiliki potensi besar, produksi remake internasional menghadapi tantangan tersendiri. Perbedaan budaya, konteks sosial, dan selera pasar menjadi aspek krusial yang harus dipertimbangkan.
Misalnya, Agak Laen yang berlatar rumah hantu di Indonesia dengan nuansa lokal bisa saja harus disesuaikan bila diadaptasi ke konteks Korea Selatan atau negara Barat. Begitu pula dengan unsur humor khas Indonesia yang tidak selalu dapat diterjemahkan secara langsung ke budaya lain.
Namun, di sinilah pentingnya kolaborasi kreatif lintas negara. Dengan bekerja sama secara erat, adaptasi yang sensitif dan relevan dapat diwujudkan.
Kolaborasi Imajinari dan Barunson E&A adalah langkah strategis dalam menjajaki potensi ekspansi global industri film Indonesia. Dalam era ketika konten lintas budaya semakin dihargai, kerja sama ini bisa menjadi titik balik penting bagi reputasi sinema nasional.
Dengan dukungan komunitas kreatif dan pemerintah, serta strategi promosi yang tepat, bukan tidak mungkin film-film Indonesia akan lebih sering tampil di bioskop-bioskop dunia dalam versi lokal masing-masing negara.