Jangan Anggap Sepele! Begini Cara Atasi DBD, Simak Penjelasan Hasil Studi Ilmiahnya

Minggu 17 Nov 2024, 18:20 WIB
Ilustrasi. Berikut ini adalah cara mengatasi DBD sekaligus penjelasan hasil studi ilmiahnya. (Freepik/macrovector)

Ilustrasi. Berikut ini adalah cara mengatasi DBD sekaligus penjelasan hasil studi ilmiahnya. (Freepik/macrovector)

Vaksin Dengvaxia yang dikembangkan oleh Sanofi Pasteur adalah vaksin pertama yang disetujui di beberapa negara untuk pencegahan DBD

Namun, penggunaannya terbatas pada individu yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya, karena risiko efek samping pada individu yang belum terinfeksi.

Penanganan Medis untuk Pasien DBD

Penanganan medis terhadap DBD bergantung pada tingkat keparahan penyakit. 

DBD dibagi menjadi tiga kategori utama: demam dengue (DD), demam berdarah dengue tanpa komplikasi, dan demam berdarah dengue dengan komplikasi.

Demam Dengue (DD): Biasanya, pasien dengan demam dengue ringan dapat sembuh dengan perawatan suportif, yaitu pemberian cairan yang cukup dan pengendalian gejala seperti demam dan nyeri.

DBD Tanpa Komplikasi: Pasien yang menunjukkan gejala perdarahan ringan (misalnya, ruam petechial atau perdarahan gusi) memerlukan pengawasan ketat, asupan cairan yang cukup, dan pemantauan status perdarahan.

DBD dengan Komplikasi (Shock Dengue): Pada kondisi yang lebih parah, terutama dengan syok atau kebocoran cairan tubuh yang masif, pasien memerlukan penanganan intensif di rumah sakit, seperti pemberian cairan intravena (IV) dan transfusi darah jika diperlukan.

Pengelolaan Cairan: Studi ilmiah yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan bahwa pengelolaan cairan yang tepat sangat penting dalam penanganan DBD. 

Penurunan volume darah dan kebocoran cairan dari pembuluh darah menjadi masalah utama pada pasien DBD berat, yang menyebabkan syok. 

Oleh karena itu, pemantauan ketat dan pemberian cairan IV dengan formula yang tepat, seperti Ringer laktat, sangat dibutuhkan.

Transfusi Darah: Menurut studi oleh Sriwijaya et al. (2016), transfusi darah mungkin diperlukan pada pasien DBD yang mengalami perdarahan hebat atau trombositopenia parah (jumlah trombosit sangat rendah). 

News Update