Gayung pun bersambut. Saridin yang relatif lebih muda, diterima dengan senang hati. Bagi Atik, cinta urusan nomer dua. Yang penting kinerjanya di atas ranjang. Jika hanya pinter ngomong tapi prestasi nol, tiada guna! Buat apa jalan-jalan dilobangi, wong lobang yang bisa jalan-jalan juga ada.
Lama-lama Sariman mencium pengkhianatan Atik dan sekaligus Saridin. Apa nggak kurang ajar, wong hanya diceritai kok jadi penasaran ikut mencoba. Maka ketika melihat Saridin dengan truknya menaikkan barang hasil bumi, si “kuda hitam” itu langsung ditegur tentang hubungan khususnya bersama Atik. Tapi Saridin yang sudah tahu legitnya Atik jadi ngeyel. “Selagi belum ada janur melengkung, Atik masih milik public.” Kata Saridin jumawa sekali.
Sariman jadi emosi, dia ambil kayu mau dipukulkan ke Saridin, tapi lalu dipisah oleh orang-orang yang melihatnya. Namun begitu pemisah pergi, Sariman datang lagi sambil membawa pisau. Tanpa ampun lagi si “kuda hitam” itu ditusuknya, juss! Dalam kondisi mandi darah dilarikan ke RS Kuwarasan, tapi meninggal dalam perawatan karena kehabisan darah. Sariman pun ditangkap.
Sopir truk kok malah rebutan sawah sepetak yang tak seberapa luas. (GTS)