Perebutkan Cawalkot Surakarta, Ikuti Prosedur Apa Dispensasi?

Rabu 10 Jun 2020, 06:25 WIB

GARA-gara Covid-19, rekomendasi Ketum PDIP untuk Cawalkot Surakarta masih menjadi teka-teki. Akhmad Purnomo Cawalkot yang berdasarkan prosedur, sementara Gibran Rakabuming berkat dispensasi. Soalnya, siapa dulu dong bapaknya! Siapa mujur?

Sebetulnya rekomendasi untuk Cawalkot Surakarta jago PDIP mau diumumkan Ketum PDIP Megawati bulan Maret. Tapi gara-gara Corona, Pilkada Serentak dimundurkan ke Desember 2020. Akhirnya Megawati memundurkan pula penguman rekomendasi tersebut.

Tapi bisa juga, belum diumumkannya siapa jago PDIP untuk Cawalkot Surakarta, karena Megawati serba repot. Akhmad Purnomo adalah calon yang mengikuti prosedur, artinya dia mendaftar lewat DPC Surakarta dan sesuai jadwal. Sedangkan Gibran Rakabuming, dia mendaftar ketika pendaftaran sudah ditutup. Meski ditolak Gibran terus kasak-kusuk ke sana sini, akhirnya bisa mendaftar lewat DPD PDIP Jateng.

Cara-cara Gibran ini, jika pinjam istilah orang Solo, paling tepat adalah: nunjang palang! Kesan pertama saja sudah tidak bagus. Banyak prosedur yang dilanggar, tapi karena para elit PDIP sungkan pada bapaknya, dispensasi pun keluar. Dia jago PDIP versi DPD PDIP Jateng. Bayangkan untuk satu Pilwalkot, satu partai punya dua jago.

Kuncinya adalah, kepada siapa rekomendasi Ketum PDIP itu nantinya jatuh. Bila Megawati memilih Akhmad Purnomo, itu namanya Ketum yang taat asas. Tapi jika nantinya memilih Gibran Rakabuming, kemungkinan besar karena semata-mata pekewuh pada bapaknya saja.

Sebab terus terang saja, jejak rekam Gibran ini untuk PDIP masih nol! Nilai tambahnya hanya satu, dia anak presiden yang masih menjabat. Agaknya Akhmad Purnomo sudah terbayang-bayang dengan mimpi buruk itu, sehingga memilih mundur dari pencalonan. Tapi ternyata rencana mundurnya ditolak oleh DPC PDIP Surakarta.

Anehnya, kubu PDIP pro Gibran kaget. Ini kan sama saja berharap menang mudah lawan kotak kosong. Dan bila benar rekomendasi jatuh ke Gibran, inilah anehnya orang Indonesia. Banyak yang memilih calon pemimpin bukan karena rekam jejaknya, tapi siapa dulu dong bapaknya. (gunarso ts)


News Update