POSKOTA.CO.ID - Tidak biasanya mas Bro menebarkan senyum lebar ketika memasuki warteg hari ini. Bersama dua sohibnya, bung Heri dan bang Yudi, ketiganya merupakan pelanggan tetap warung makan itu.
Bahkan, senyuman manis ditebarkan kepada siapa saja yang sempat bertatap muka dengannya. Hal yang jarang terjadi.
“Tumben Bro, hari ini kamu banyak senyum abis menang lotre?” tanya Yudi mengawali obrolan warteg.
“Hari gini nggak ada zaman lotre kali. Tapi kalau sejak tadi kawan kita ini banyak senyum memang agak aneh. Biasanya cemberut, apalagi kalau utang di warteg sudah menumpuk,” tambah Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Perkuat Satu Rasa, Satu Karsa
“Kalian ini paling demen nyindir teman sendiri. Saat cemberut, diminta banyak senyum. Giliran sudah banyak senyum dibilang aneh,” jawab mas Bro.
“Bukan begitu Bro. Kami bersyukur punya sahabat yang tadinya mahal senyum menjadi murah senyum. Kata pak ustaz: Senyum itu sedekah,” kata Heri.
“Nah, sudah tahu, senyum itu sedekah, mengapa dipersoalkan,” kata mas Bro.
“Maksudnya jangan sampai kebablasan.Tadi ada ibu-ibu menjadi jengah dan melengos buru-buru pergi karena bolak-balik kau ajak senyum. Tadinya mau maksi di sini batal, rugi nih warteg,” urai Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Menangkis Hoaks
“Jika senyum dimaknai sebagai sedekah, ibadah sederhana yang berpahala - ini masih kata pak ustad, maka harus dilandasi dengan keikhlasan dan ketulusan, semata hanya karena Allah. Bukan karena yang lain-lain,” kata Heri.
“Bukan senyum menggoda dan menjebak, tidak tersembunyi niat buruk kepada orang yang diajak senyum,” ujar Yudi.
“Nah, sekarang kembali kepada diri kita sendiri, apakah senyum yang ditebar hari ini, bagian dari sedekah, apa karena ada maksud tertentu. Begitu juga senyum yang bakal kalian tebar kemudian. Nggak perlu dijawab yang lebih tahu diri kita sendiri,” kata Heri.
“Yang jelas senyum itu baik, ketimbang cemberut. Senyum itu tanda kesopanan dan keramahan. Jika kaki kita nggak sengaja keinjek orang, nggak usah marah, tapi balaslah dengan senyuman,” kata mas Bro.
“Ada pepatah berbahasa Jawa mengatakan: Ulat sumeh agawe renaning wong akeh yang artinya wajah yang murah senyum, ramah dan berseri – seri akan membahagiakan – membuat senang banyak orang,” kata Heri.
“Betul. Filosofi ini mengajarkan kepada kita begitu pentingnya senyuman sebagai cara sederhana untuk menciptakan kebahagiaan dan keharmonisan di lingkungan sosial kita,” kata mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Koalisi Permanen
“Jadi benar kata orang bijak: Bahagia itu sederhana, yang rumit itu maunya kita. Karenanya singkirkan yang rumit – rumit itu dengan satu senyuman akan mengawali kebaikan,” kata Yudi.
“Pepatah Tiongkok kuno mengatakan: Gunakan senyummu untuk mengubah dunia, jangan biarkan dunia mengubah senyummu,” ujar Heri.
“Kalau versi kita sederhana saja: Gunakan senyummu untuk kebaikan, bukan keburukan,” ujar mas Bro. (Joko Lestari)
