Obrolan Warteg hari ini. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Nah Ini Dia

Obrolan Warteg: Sentuhan Kecil Justru Lebih Bermakna

Rabu 17 Des 2025, 08:23 WIB

POSKOTA.CO.ID - Sering dikatakan, politik adalah seni. Kadang sentuhan kecil, lebih bermakna dan berhasil guna, ketimbang propaganda penuh retorika. Sentuhan kecil kadang lebih efektif, ketimbang tindakan masif. Dapat memberi pesan penuh makna selagi tepat waktu dan sasaran, dapat pula membangun kepercayaan dan kebersamaan.

“Ini tergantung bagian mana yang disentuh,” kata bung Heri membuka percakapan dengan sohibnya, mas Bro dan bang Yudi di sebuah warung tegal (warteg).

“Kalau yang disentuh hal- hal sensitif, menyangkut aib pribadi, bukan simpati yang didapatkan, tetapi memunculkan antipati,” tambah Yudi.

“Karena itu harus paham betul tentang batasan area pribadi dengan yang umum, utamanya terkait dengan kepentingan publik,” kata Heri.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Kian Menguat dan Terukur

“Karena itu pula jangan kritik pribadinya, tetapi kebijakan yang digulirkan. Jangan pula sanjung orangnya, tetapi respons programnya, gagasannya, idenya dan tindakannya,” urai mas Bro.

“Lantas sentuhan kecil yang bermakna itu, contohnya seperti apa?,” tanya Yudi.

“Saling sapa itu hal kecil tapi penuh makna. Jangan karena adanya beda kepentingan, adanya konflik politik, ketemu saja mlengos, apalagi saling tegur sapa,” ujar Heri.

“Itu yang paling sederhana.Lebih maju lagi dengan membangun silaturahmi, baik kepada kawan maupun lawan politik,” ujar Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Kolaborasi Yang Seperti Apa?

“Setuju. Dengan silaturahmi yang tidak hanya bertujuan membangun komunikasi. Melalui silaturahmi dapat menyampaikan pesan penuh arti, dari hati ke hati, selain tentunya memadukan dan menyatukan konsepsi dalam menghadapi tantangan masa depan. Menjunjung tinggi komitmen bersama,” urai mas Bro.

“Ya, menjunjung tinggi komitmen inilah yang disebut etika dalam berpolitik, jika ingin terus mendapat dukungan dan memperbanyak kawan,” kata Heri.

“Kalau melanggar etika, gimana?,” taya Yudi.

“Enggak akan bermuara kepada sanksi hukum, tetapi dapat menggerus simpati publik yang pada gilirannya, berakibat merosotnya tingkat kepercayaan masyarakat,” jelas Heri.

“Itulah sebabnya para elite hendaknya menjunjung tinggi etika dalam berpolitik. Menerapkan politik etis dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai politisi,” urai mas Bro.

“Bukan ngomong seenaknya, apalagi suka semena-mena kepada rakyat kecil, rakyat yang dulu memilihnya menjadi pejabat dan wakil rakyat,” ujar Yudi.

Baca Juga: Maka Motors Bangun Jaringan Fast Charging dari Masjid hingga Warteg

“Elite politik disebut etis jika memiliki integritas tinggi, konsisten dalam tindakan dan prinsip. Satunya kata dengan perbuatan. Memegang teguh nilai-nilai moral, mengedepankan prinsip kebenaran dan keadilan serta menghindari konflik kepentingan,” jelas mas Bro.

“Jika menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Menyakiti hati rakyat, terlebih yang sedang terkena bencana, itu namanya bukan politisi etis dan bermoral,” ujar Heri. (Joko Lestari)

Tags:
politik Obrolan Warteg

Tim Poskota

Reporter

Febrian Hafizh Muchtamar

Editor