POSKOTA.CO.ID - Masalah kerusakan lingkungan lagi menjadi topik perbincangan dari berbagai kalangan. Mulai dari perkantoran mewah, hotel berbintang, gedung bertingkat hingga rumah sekat. Mulai dari kafe eksklusif hingga tempat ngopi di gang sempit.
Mulai dari kalangan akademisi, praktisi, pejabat negara hingga rakyat biasa. Tak terkecuali tiga sahabat, bung Heri, mas Bro dan bang Yudi yang menjadi pelanggan setia warung makan murah meriah alias warteg.
“Pada khotbah Jumat yang saya ikuti, sang khatib juga mengangkat tema, perlunya menjaga lingkungan alam semesta. Intinya sebagai umat manusia wajib menjaga lingkungan alam demi masa depan kita, bukan malah merusaknya yang dapat menimbulkan bencana,” urai mas Bro mengawali obrolan warteg mereka.
“Manusia memang harus bersahabat dengan alam.Sumber makanan kita berasal dari alam. Kita wajib menjaga sumber makanan yang berkelanjutan dengan merawat lingkungan alam semesta kita,” kata Heri.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Cuaca Lagi Tidak Baik
“Kalau alam dirusak, bukan saja dapat mengganggu sumber makanan, juga dapat menimbulkan bencana,” ujar Yudi.
“Mengutip survei dari badan dunia, sang khatib menyinggung, kerusakan lingkungan alam sebagian besar disebabkan oleh keserakahan manusia, baik keserakahan pribadi, keserakahan proyek maupun kepentingan lainnya,” jelas mas Bro.
“Menarik nih soal keserakahan. Sering dikatakan, sifat serakah tidak akan membawa berkah, malah bubrah,” kata Heri.
“Pembalakan liar, penambangan ilegal, termasuk penyalahgunaan perizinan, itu bagian dari bentuk keserakahan mengejar keuntungan semata tanpa memperhatikan aspek kelestarian lingkungan,” kata Yudi.
“Banjir bandang menimbulkan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya lingkungan. Kerusakan lingkungan akan menimbulkan bencana yang beruntun untuk masa kini dan masa depan. Rakyat yang pertama akan menjadi korban,” kata mas Bro.
“Karenanya ada seruan agar pejabat pemerintah melakukan taubat nasuha menyusul bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Sumatera,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Yang Utama Percepatan Penanganan Bencana
“Tetapi seruan yang disampaikan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Menko Pemberdayaan Masyarakat itu menimbulkan polemik,” kata Heri.
“Wajar saja, itulah dinamika. Yang jelas taubat nasuha itu ajakan moral kepada semua pejabat, tentunya termasuk Cak Imin sendiri sebagai pejabat pemerintah untuk melakukan koreksi diri dan memastikan setiap kebijakan tidak memperburuk kerusakan lingkungan,” urai mas Bro.
“Kabarnya untuk merespons polemik atas seruannya, Cak Imin menulis pantun di akun X miliknya: Jalan – jalan ke kampung Radio Dalam. Jangan lupa beli rambutan. Kita ini mau memperbaiki alam, bukan mencari keributan (cakep..!),” ujar Heri.
“ Awalnya seruan, akhirnya berpantun menutup polemik ..,” kata Yudi. (Joko Lestari).
