Akan tetapi, penataan Setu Babakan tidak menghilangkan esensi dari Budaya Betawi. Mengutamakan pada tata kelola dan fasilitas kawasan yang lebih aman, nyaman, dan informatif bagi pengunjung.
Dengan demikian, lanjut Dina, kawasan itu dapat menjadi kawasan wisata yang edukatif. Terutama dalam pelestarian Budaya Betawi.
Dina juga mengimbau dampak efisiensi pada Dinas Kebudayaan yang semula sebesar Rp695 miliar menjadi Rp480 miliar masih dapat memprioritaskan renovasi kawasan budaya tersebut.
Prioritas bertumpu pada pelayanan publik. “Kami berharap pelayanan publik di lokasi tersebut harus diutamakan dan harus berjalan,” ucap dia.
DPRD DKI Jakarta juga meminta Dinas Kebudayaan DKI Jakarta memperkuat koordinasi lintas dinas dalam pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan.
Baca Juga: Ketua DPRD Jakarta Sebut Kesejahteraan Guru Masih Masih jadi Persoalan Serius
Koordinasi lintas dinas mampu menjaga kelestarian Budaya Betawi. Sekaligus meningkatkan daya tarik kawasan tersebut. Sehingga terwujud destinasi wisata budaya unggulan di Jakarta.
Kawasan Setu Babakan, ungkap dia, punya potensi besar sebagai ruang edukasi dan rekreasi. Mencerminkan identitas asli Betawi.
Pengelolaan kawasan tersebut perlu melibatkan berbagai unsur. Mulai dari Dinas Usaha Mikro Kecil dan Menengah DKI Jakarta, Dinas Bina Marga DKI Jakarta, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta, dan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta.
Melalui kolaborasi lintas instansi, kawasan Setu Babakan bisa menjadi ruang pelestarian Budaya Betawi. Dengan demikian, Setu Babakan akan berkembang menjadi destinasi wisata budaya yang nyaman dan berdaya tarik tinggi bagi pengunjung. Baik pengunjung lokal maupun internasional. (*)
