Ia menjelaskan bahwa dalam situasi darurat, helikopter tidak selalu dapat mendarat karena keterbatasan helipad dan kondisi medan.
“Kita perlu memahami mana SOP normal dan mana SOP darurat,” ujarnya.
Basarin juga mengakui bahwa sebagian bantuan mungkin mengalami kerusakan. Ia menyebut bahwa evaluasi akan dilakukan agar metode distribusi ke depan lebih aman dan efektif.
Baca Juga: DPRD DKI Dampingi Pemprov Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Aceh, Sumut, dan Sumbar
Tantangan Logistik dan Pelajaran untuk Masa Depan
Distribusi bantuan dalam situasi bencana bukan hanya soal ketersediaan logistik, tetapi juga terkait aksesibilitas wilayah, kondisi geografis, dan kapasitas operasional. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan topografi kompleks sering menghadapi situasi serupa.
Beberapa negara telah menggunakan metode distribusi lebih modern seperti:
- Air-drop sistem parasut bertali
- Drone logistik kapasitas besar
- Kontainer air-drop berkeamanan tinggi
Metode-metode ini dapat menjadi referensi dalam meningkatkan SOP distribusi bantuan bencana di Indonesia.
Bencana di Sumatra menjadi pengingat bahwa penanganan darurat memerlukan kesiapan sistemik, bukan hanya aksi spontan. Meskipun pemerintah telah bergerak cepat dalam penyaluran bantuan, kritik publik menunjukkan adanya ruang perbaikan, terutama dalam pemilihan metode logistik yang aman dan efektif.
Respons yang lebih terstruktur, teknologi yang tepat guna, serta komunikasi publik yang transparan menjadi kunci dalam memastikan korban bencana mendapatkan bantuan secara layak dan bermartabat.
