Peristiwa ini tetap menjadi salah satu insiden paling terkenal sebab pasangan tersebut menginspirasi banyak serangan sekolah, penembakan massal, serta pengeboman lain di Amerika.
Dylann Storm Roof
Ia dikenal seorang penganut supremasi kulit putih, dan neo-Nazi yang melakukan penembakan di gereja Charleston.
Selama pelajaran Alkitab pada 17 Juni 2015, di Gereja Episkopal Metodis Afrika Emanuel di Charleston, Carolina Selatan, Roof menewaskan sembilan orang dan melukai sepersepuluh orang, semuanya orang Afrika-Amerika, termasuk pendeta senior dan senator negara bagian Clementa C. Pinckney.
Baca Juga: Kabiddokkes Polda Metro: Golden Period Jadi Kunci Selamatkan Korban Ledakan SMAN 72
Setelah beberapa orang mengidentifikasi Roof sebagai tersangka utama, ia dicari pihak kepolisian dan ditangkap di Shelby, Carolina Utara.
Ia kemudian mengakui bahwa ia melakukan penembakan itu dengan harapan memicu perang ras.
Tindakan Dylan di Charleston secara luas digambarkan sebagai terorisme domestik. Tiga hari setelah penembakan, sebuah situs web berjudul The Last Rhodesian ditemukan dan kemudian dikonfirmasi oleh pihak berwenang sebagai milik Roof.
Situs web tersebut memuat foto-foto Roof berpose dengan simbol-simbol supremasi kulit putih dan neo-Nazisme, beserta manifesto yang menguraikan pandangannya terhadap orang kulit hitam, di antara kelompok-kelompok lainnya.
Baca Juga: Polisi Sebut ABH Pelaku Ledakan di SMAN 72 Merasa Sendiri dan tidak Punya Tempat Curhat
Dalam manifesto tersebut, ia juga mengklaim telah mengembangkan pandangan supremasi kulit putihnya setelah membaca tentang pembunuhan Trayvon Martin pada tahun 2012 dan kejahatan antar-kulit putih.
Alexandre Bissonnette
Alexandre merupakan warga Kanada yang menjadi pelaku penembakan masjid di Quebec, pada tahun 2017.
Ia menembak 6 jamaah dan melukai belasan jamaah saat melakukan salat malam. Ia juga dikenal seorang Islamofobia ekstrem.
