Selain persoalan game online, pemerintah juga menyoroti maraknya tindakan bullying atau perundungan di lingkungan pendidikan.
Prasetyo mengimbau seluruh pihak, terutama guru dan tenaga pendidik, untuk lebih peka dan waspada terhadap perilaku mencurigakan di sekolah.
"Kita sebagai sesama anak bangsa harus menghindari hal-hal yang tidak baik atau berimplikasi kurang baik, seperti aksi-aksi bullying," tegas Prasetyo.
Presiden juga mendorong revitalisasi peran organisasi kepemudaan dan kegiatan sosial, seperti Karang Taruna dan Pramuka, untuk menumbuhkan kembali kepedulian dan solidaritas di kalangan pelajar.
Baca Juga: Diduga Terlibat Ideologi Neo-Nazi, Bahan Peledak SMAN 72 Masuk Uji Forensik
Kronologi Ledakan dan Kondisi Terkini
Insiden ledakan di SMAN 72 Jakarta terjadi pada Jumat siang, sekitar pukul 12.15 WIB, saat sejumlah siswa dan guru sedang melaksanakan salat Jumat. Dua kali ledakan terdengar, pertama saat khotbah berlangsung, dan kedua dari arah berbeda.
Akibat kejadian tersebut, puluhan orang mengalami luka bakar dan luka serpihan. Data terakhir dari kepolisian menyebutkan, 96 orang terluka, dengan 29 di antaranya masih dirawat di rumah sakit, sementara 67 lainnya telah dipulangkan.
Polisi telah mengidentifikasi terduga pelaku sebagai seorang siswa berinisial MF (17), yang akan diproses sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pelaku diduga merupakan korban perundungan sebelumnya.
Baca Juga: Polres Jakarta Utara Bersihkan TKP Ledakan di SMAN 72 Jakarta
Tindak Lanjut dan Langkah Pencegahan
Pemerintah berkomitmen untuk menelusuri lebih dalam faktor-faktor pemicu insiden ini, termasuk kemungkinan kaitan dengan paparan game online dan praktik perundungan di sekolah.
Kebijakan pembatasan game online serta penguatan pengawasan di lingkungan pendidikan akan segera dirumuskan sebagai bagian dari upaya pencegahan jangka panjang.
