Tekanan Angin Ban Mobil Terlalu Keras Bisa Picu Ledakan dan Kurangi Cengkeraman, Ini Penjelasannya

Kamis 06 Nov 2025, 17:48 WIB
Ilustrasi menjaga tekanan angin agar terhindar dari kecelakaan fatal. (Sumber: Freepik)

Ilustrasi menjaga tekanan angin agar terhindar dari kecelakaan fatal. (Sumber: Freepik)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Menjaga tekanan angin ban mobil sesuai standar bukan sekadar urusan kenyamanan, melainkan faktor penting dalam menjaga keselamatan di jalan. Meski tampak sepele, masih banyak pengendara yang menganggap ban terasa keras berarti sudah ideal, padahal tekanan udara yang berlebihan justru menyimpan banyak risiko berbahaya.

Tekanan ban yang terlalu tinggi atau overinflated tidak hanya membuat perjalanan terasa tidak nyaman, tetapi juga dapat memicu kecelakaan. Memahami dampak dari kondisi ini menjadi langkah awal bagi setiap pemilik kendaraan untuk lebih peduli terhadap perawatan ban.

Salah satu efek paling berbahaya dari ban yang terlalu keras adalah menurunnya daya cengkeram atau traksi terhadap permukaan jalan. Saat tekanan udara melebihi batas wajar, bagian tengah telapak ban akan menonjol keluar sehingga area kontak dengan aspal menjadi lebih kecil.

Kondisi ini membuat mobil lebih mudah kehilangan keseimbangan, terutama ketika bermanuver di tikungan atau melakukan pengereman mendadak. Pada musim hujan, risiko hydroplaning yakni ban melayang di atas genangan air juga meningkat karena alur ban tidak lagi mampu membuang air secara maksimal.

Baca Juga: Indocamperfest 2025: 1.000 Campervan Enthusiast Padati Subang, Gajah Kemping Rayakan HUT ke-3

Selain itu, masalah traksi yang menurun otomatis juga memengaruhi sistem pengereman. Ban dengan tekanan berlebih lebih mudah tergelincir saat direm mendadak, sehingga jarak berhenti menjadi lebih panjang dari normal. Dalam kondisi darurat, perbedaan beberapa meter bisa berakibat fatal.

Bahaya lain yang tak kalah serius adalah potensi ban meledak (blowout). Tekanan udara berlebih menyebabkan dinding ban menahan beban ekstrem, ditambah suhu panas akibat gesekan dengan jalan. Akibatnya, struktur ban bisa pecah secara tiba-tiba dan membuat pengemudi kehilangan kendali.

Selain aspek keselamatan, ban yang terlalu keras juga berdampak pada kenyamanan serta keawetan komponen kendaraan. Karena ban tak lagi mampu menyerap guncangan dengan baik, setiap benturan dari permukaan jalan akan langsung terasa di kabin.

Akibatnya, sistem suspensi seperti per dan shock absorber bekerja lebih berat dan cepat aus. Kerusakan pada bagian ini tak hanya menimbulkan biaya perbaikan tinggi, tetapi juga berpengaruh pada kestabilan mobil.

Tekanan angin yang berlebih juga mempercepat keausan ban secara tidak merata. Bagian tengah telapak ban akan lebih cepat gundul dibandingkan tepinya, sehingga umur pakainya jauh lebih pendek.

Baca Juga: Wuling Darion Sudah Terpesan 300 Unit, Varian Mobil Listrik jadi Pilihan Utama Konsumen

Banyak pengendara percaya bahwa ban keras membuat konsumsi bahan bakar lebih irit. Faktanya, traksi yang menurun justru membuat mesin bekerja lebih keras untuk mempertahankan kecepatan, yang berujung pada pemborosan bahan bakar.

Untuk menghindari semua risiko di atas, pastikan selalu memeriksa tekanan ban secara rutin, terutama sebelum perjalanan jauh. Setiap mobil memiliki standar tekanan udara berbeda yang biasanya tertera pada stiker di pilar pintu pengemudi atau buku manual kendaraan.

Menjaga tekanan angin ban mobil di tingkat ideal bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga bentuk tanggung jawab terhadap keselamatan diri dan pengguna jalan lain.


Berita Terkait


News Update