JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kehadiran Wuling Darion di pasar otomotif Indonesia ternyata bukan hanya menjadi gebrakan baru di segmen MPV elektrifikasi, tetapi juga memunculkan perbincangan soal strategi harga.
Dibanderol Rp356 juta untuk EV dan Rp439 juta PHEV dinilai kompetitif untuk ukuran kendaraan plug-in hybrid dan listrik murni, banyak pihak mulai menilai Wuling tengah ikut perang harga kendaraan elektrifikasi yang semakin panas di Indonesia.
Vice President Wuling Motors, Arif Pramadana menegaskan, strategi harga Darion bukan semata untuk bersaing agresif, tetapi lebih pada komitmen menghadirkan produk terbaik dengan nilai optimal bagi konsumen.
“Sebenarnya tadi harga yang kita berikan pokoknya harga terbaik yang kami bisa berikan ke konsumen. Kembali tadi setiap konsumen pasti bisa memilih produk sesuai dengan kebutuhannya masing-masing," kata Arif di Jakarta, Rabu, 5 November 2025.
Baca Juga: Komparasi Wuling Darion EV vs BYD M6: Pertarungan Mobil Listrik Keluarga di Indonesia
Menurut Arif, Wuling memahami pembeli kendaraan tidak hanya mempertimbangkan harga, tetapi juga kualitas produk secara keseluruhan, termasuk teknologi, efisiensi, serta layanan purna jual.
“Tidak hanya faktor harga ya, mereka pasti melihat produk juga secara keseluruhan. Yang pasti kami membawa Darion ini menjadi produk terbaru. Harapannya juga harga dan juga produknya bisa diterima dengan baik di pasar Indonesia,” ujarnya.
Sebagai informasi, tren pasar saat ini, banyak merek otomotif terutama dari China, mulai mengedepankan strategi harga kompetitif untuk mempercepat adopsi mobil listrik di Indonesia.
Langkah Wuling melalui Darion dapat dipandang sebagai strategi penyeimbang menghadirkan mobil elektrifikasi dengan teknologi tinggi, tetapi tetap terjangkau bagi konsumen menengah atas, tanpa harus mengorbankan kualitas.
Baca Juga: Bridgestone Tambah Gerai Resmi di Manado, Hadirkan Layanan Ban Modern
Apalagi, Wuling memiliki rekam jejak kuat dalam membangun ekosistem EV di Indonesia lewat model Air EV dan Cloud EV, serta investasi jangka panjang melalui fasilitas produksi lokal. Hal tersebut memberi Wuling ruang gerak lebih besar untuk menekan biaya produksi dibanding kompetitor yang masih mengandalkan impor utuh (CBU).
