JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pengamat Kesehatan Masyarakat, Dicky Budiman mengusulkan penyerap polutan di Jakarta ditambah.
“Jakarta harus membangun kawasan rendah emisi di pusat kota, sekolah, dan kawasan padat kendaraan. Selain membatasi sumber polusi, kota juga perlu menambah penyerap polutan,” kata Dicky kepada Poskota, Kamis, 6 November 2025.
Dicky mengatakan, paparan polusi udara terhadap manusia selama 100 hhari berturut-turut memicu berbagai penyakit kronis, termasuk pernapasan.
“Yang paling sering adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), gejala seperti batuk, pilek, tenggorokan kering, dan sesak napas. Kasusnya bisa meningkat hingga 30 persen saat indeks kualitas udara (AQI) di atas 100,” ucap dia.
Baca Juga: Atasi Polusi Udara, DPRD DKI Dukung Perbanyak RTH
Dalam jangka panjang, paparan polusi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangguan saraf, dan penurunan IQ anak.
“WHO mencatat bahwa satu dari sembilan kematian global disebabkan oleh polusi udara, dengan lebih dari tujuh juta kematian dini setiap tahun. Ini bukan sekadar masalah lingkungan, tapi masalah kesehatan publik dan keadilan sosial,” kata dia.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, sumber utama pencemar udara di Jakarta didominasi sektor transportasi darat. Kendaraan pribadi hingga truk berbahan bakar diesel menyumbang sekitar 70 persen polusi udara
“Belum lagi kontribusi dari sektor industri dan PLTU di sekitar Jabodetabek yang mencapai 20 persen, serta aktivitas konstruksi, debu jalan, dan pembakaran terbuka sekitar 10 hingga 15 persen,” ujarnya.
Baca Juga: Pemprov Jakarta Kembangkan Sistem Peringatan Dini Polusi Udara
Di samping itu, faktor cuaca kering, stagnasi udara, hingga fenomena temperature inversion turut memperparah kondisi udara. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan polutan terjebak di lapisan bawah atmosfer dan sulit terdispersi.
