POSKOTA.CO.ID - YouTuber populer asal Indonesia, Nessie Judge, belakangan jadi perbincangan hangat setelah salah satu video Halloween-nya menuai kontroversi besar.
Dalam video kolaborasi bertajuk #NERROR bersama grup K-Pop NCT Dream, Nessie menampilkan dekorasi yang secara tidak sengaja menyinggung publik Jepang karena di dalamnya terdapat foto Junko Furuta, korban kasus pembunuhan brutal yang dikenal luas di Jepang.
Bagi sebagian penonton Indonesia, elemen itu terlihat seperti bagian dari estetika horor. Namun, bagi masyarakat Jepang, penggunaan wajah Junko bukan sekadar hal kecil. Itu dianggap melukai memori kolektif dan tidak menghormati korban tragedi kemanusiaan nyata.
Perdebatan pun membara di platform X (Twitter). Warganet Jepang menilai penggunaan gambar korban nyata dalam konteks hiburan adalah bentuk eksploitasi tragedi. Di sisi lain, sebagian netizen Indonesia menilai insiden ini muncul akibat perbedaan konteks budaya, bukan karena niat buruk.
Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Oppo Find X9, Smartphone Flagship Solid Terbaru
Siapa Junko Furuta dan Mengapa Kasusnya Begitu Sensitif?
Untuk memahami mengapa reaksi publik Jepang begitu keras, kita perlu menengok kisah tragis Junko Furuta.
Junko lahir pada 18 Januari 1971 di Misato, Prefektur Saitama, Jepang. Ia dikenal sebagai siswi SMA yang cerdas, sopan, dan berprestasi, dengan impian sederhana: lulus sekolah dan menikmati perjalanan kelulusan bersama teman-temannya.
Namun, takdir berkata lain. Pada November 1988, Junko diculik oleh sekelompok remaja berandalan, disekap selama 40 hari, dan mengalami penyiksaan keji sebelum akhirnya dibunuh. Jenazahnya ditemukan dalam drum semen di Tokyo. Kasus ini kemudian dikenal dengan nama Joshikōsei Konkuriito-zume Satsujin Jiken atau “pembunuhan siswi SMA yang dikubur dalam beton.”
Keempat pelaku utamanya Hiroshi Miyano, Shinji Minato, Jō Ogura, dan Yasushi Watanabe — dijatuhi hukuman penjara antara 5 hingga 20 tahun. Bagi publik Jepang, vonis itu terlalu ringan. Hingga kini, kisah Junko Furuta masih dianggap sebagai luka moral bangsa Jepang, simbol dari kegagalan sistem hukum dalam menegakkan keadilan bagi korban muda.
Bagaimana Kasus Ini Bisa Terseret ke Dunia Digital
Dalam beberapa tahun terakhir, kisah Junko Furuta sering dibahas kembali dalam konten bertema true crime atau horror documentary di YouTube dan TikTok.
