"Secara bertahap, Pemprov DKI menerapkan solusi berbasis alam seperti pembangunan waduk, situ, dan embung untuk menahan air, serta restorasi mangrove di pesisir untuk mengurangi dampak pasang air laut maksimum diprediksi mencapai 0,69 m pada 6-9 November 2025," ungkap dia.
Berdasarkan inspeksi lapangan Dinas SDA per 4 November 2025, dikatakan Chico, kondisi infrastruktur pesisir secara keseluruhan stabil namun dengan catatan rawan di beberapa titik. Berikut rinciannya:
Tanggul: Dari 1.200 km tanggul pantai di Jakarta Utara, terdapat 5 titik roboh dan 3 titik longsor (terutama di Muara Baru dan Tanjung Priok) akibat hujan sebelumnya.
Namun, tanggul darurat (mitigasi) telah dibangun di titik-titik rawan luapan, dengan ketebalan 1-2 meter menggunakan karung pasir dan geomembrane. Penjagaan diperkuat 24 jam oleh Pasukan Biru untuk mencegah kebocoran.
Pompa Air: 560 unit pompa stasioner siaga operasional di 11 kelurahan pesisir (termasuk Kamal Muara, Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit, dan Ancol), dengan kapasitas total 1,2 juta liter per menit.
Baca Juga: Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu Berpotensi Terendam Banjir Rob
Selain itu, 50 unit pompa mobile dikerahkan untuk drainase darurat. Saat ini, 95% pompa dalam kondisi prima setelah maintenance Oktober 2025.
Drainase: Saluran drainase utama di pesisir telah dikeruk sepanjang 15 km sejak 22 Oktober 2025, menghasilkan 1.500 karung lumpur.
Namun, drainase di Marunda dan Kali Baru masih rentan tersumbat akibat sedimentasi, sehingga tim rutin memantau dengan drone.
"Secara keseluruhan, efektivitas drainase mencapai 85%, dengan target peningkatan melalui sistem polder tertutup," ungkapnya.
Selain itu, Chico mengatakan, BPBD DKI Jakarta juga telah mengaktifkan protokol standar penanganan bencana rob, termasuk kesiapan pengungsian sementara jika genangan air melebihi 50 cm atau mengancam keselamatan.
"Saat ini, belum ada kebutuhan evakuasi massal karena rob masih dalam tahap potensial," ujarnya.
