Pada jarak ini, bulan tampak 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang dibandingkan bulan purnama biasa.
Menurut NASA, supermoon menghasilkan efek visual yang sangat mencolok di langit malam.
Sebagai perbandingan, bulan merah muda (pink moon) yang terjadi pada April 2025 adalah purnama paling redup tahun ini.
Baca Juga: Tempat Nongkrong Seru Paling Hits di Jakarta, Cek Daftarnya!
Asal-Usul Nama Beaver Moon
Nama beaver moon berasal dari tradisi penduduk asli Amerika Utara, yang menamai bulan purnama berdasarkan aktivitas alam sekitar.
Bulan November disebut beaver moon karena pada waktu ini berang-berang mulai berlindung di sarangnya menjelang musim dingin.
Selain itu, suku Ojibwe menyebut bulan ini sebagai baashkaakodin giizis atau "bulan beku," menandai datangnya udara dingin dan es pertama di wilayah utara.
Dampak Supermoon pada Pasang Surut Laut
Fenomena astronomi Supermoon ini juga akan berpengaruh pada pasang surut air laut di bumi.
Karena jaraknya lebih dekat, tarikan gravitasi bulan terhadap Bumi meningkat, menyebabkan pasang menjadi sedikit lebih tinggi dari biasanya.
Namun Royal Museums Greenwich menyebutkan bahwa perbedaannya hanya beberapa sentimeter lebih tinggi dibandingkan purnama biasa.
Fenomena pasang tertinggi ini disebut king tide dan umum terjadi saat bulan baru atau purnama.
Baca Juga: Nikmati Spot Foto Instagrammable di Magic Art 3D Museum Kota Tua Jakarta
