Ekonomika Pancasila: Perekonomian Utang

Kamis 30 Okt 2025, 08:54 WIB
Opini Ekonomika Pancasila oleh Yudhie Haryono (CEO Nusantara Centre).

Opini Ekonomika Pancasila oleh Yudhie Haryono (CEO Nusantara Centre).

Makin modern, uang menjadi atau dijadikan instrumen kebijakan ekonomi. Dengan penempatan ini, uang digunakan sebagai instrumen kebijakan moneter untuk mengendalikan inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi.

Di era digital, uang juga mengalami perubahan dengan munculnya bentuk-bentuk baru seperti uang digital dan cryptocurrency.

Dengan uang digital, semua orang dan negara ataupun perusahaan memungkinkan transaksi dilakukan secara elektronik dan lebih cepat. Tentu lebih efesien.

Cryptocurrency, seperti Bitcoin, menggunakan teknologi blockchain dan sistem desentralisasi untuk melakukan transaksi. Ini derifat terbaru dari rezim uang dan sistem pembayarannya.

Di masa neoliberalisme, uang adalah alat perang (dagang) dan kontrol ekonomi negara lain serta alat ukur status maju mundurnya sebuah bangsa; miskin kayanya sebuah negara; modern terbelakangnya sebuah komunitas.

Baca Juga: Ekonomika Pancasila: Mencapai Indonesia Makmur

Lahirlah hilir fatwa neoliberalis itu, "jika anda tak punya uang, maka anda harus u(t)ang! Lahirlah "jebakan u(t)ang".

Ya, sudah lama bangsa ini, negara kita, pemerintahan Indonesia dipaksa melakukan perekonomian u(t)ang. Para ekonom kita, alih-alih punya kontra strategi, mereka justru jadi petugas dan hit guys dari mazhab neoliberal.

Negeri ini minum sampai mabuk utang, tergantung utang, terjebak utang dan belum siuman dari pola dan fatwa sesat itu. Maka, kami menyusun RUUPN sebagai upaya kontra legal, kemerdekaan, kedaulatan dan kesentosaan perekonomian. (*)


Berita Terkait


News Update