Warga Jakarta Harap Pemprov Lebih Rutin Periksa Pohon Rawan Tumbang di Musim Hujan

Senin 27 Okt 2025, 21:54 WIB
Ilustrasi, sejumlah kendraan melintas diantara pepohonan di Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Senin, 27 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Bilal Nugraha Ginanjar)

Ilustrasi, sejumlah kendraan melintas diantara pepohonan di Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Senin, 27 Oktober 2025. (Sumber: POSKOTA | Foto: Bilal Nugraha Ginanjar)

“Ya kalau dibilang khawatir, iya, khawatir banget. Apalagi kalau tiba-tiba pohon tumbang pas kita lewat. Bisa celaka,” kata Wahab.

Sepanjang tahun 2025, BPBD DKI Jakarta mencatat sedikitnya 273 kejadian pohon tumbang di seluruh wilayah Ibu Kota. Dari jumlah itu, Jakarta Timur menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, yaitu 80 kejadian.

BMKG Peringatkan Potensi La Nina

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat agar mewaspadai potensi peningkatan curah hujan dan cuaca ekstrem akibat fenomena La Nina yang diprediksi akan terjadi pada akhir tahun 2025 hingga awal 2026.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa La Nina merupakan fenomena iklim global yang terjadi akibat pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.

Baca Juga: Siapa Pengemudi Lexus yang Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Pondok Indah? Ternyata Mantan Petinggi BUMN

Fenomena ini merupakan kebalikan dari El Niño dan dikenal sebagai “fase dingin” dari siklus El Niño–Southern Oscillation (ENSO).

"La Nina adalah fenomena iklim global yang terjadi akibat pendinginan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Ini merupakan “fase dingin” dari siklus El Niño–Southern Oscillation (ENSO)," ucap Guswanto kepada Poskota, Senin, 27 Oktober 2025.

Guswanto menyampaikan, pihaknya memprediksi intensitas La Nina kali ini berada pada kategori lemah, dengan potensi antara 50 hingga 70 persen. Meski tergolong lemah, dampaknya tetap signifikan terhadap pola cuaca di Indonesia.

"BMKG memprediksi La Nina akan terjadi pada akhir tahun 2025 hingga awal 2026 dengan intensitas lemah (potensi 50–70%). Meski tergolong lemah, dampaknya tetap signifikan," ujar Pramono.

Guswanto menyebut, dampak secara umum La Nina ini dapat meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia dan memicu potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

Untuk Jakarta, dikatakan Guswanto, termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap banjir saat La Nina terjadi.

"Beberapa faktor pemicunya, curah hujan tinggi dan intensitas hujan yang meningkat, Drainase kota yang belum optimal dan permukaan tanah yang rendah dan dekat laut," kata Guswanto.


Berita Terkait


News Update