Kopi Pagi: Lumbung Rakyat

Senin 20 Okt 2025, 06:06 WIB
Kopi Pagi: Kopi Pagi: Lumbung Rakyat. (Sumber: Poskota)

Kopi Pagi: Kopi Pagi: Lumbung Rakyat. (Sumber: Poskota)

Kita patut mengapresiasi langkah pemerintah menuju swasembada pangan dengan meningkatnya produksi beras hingga akhir tahun 2025 ini diperkirakan mencapai 34 juta ton, surplus sekitar 3,5 juta dibandingkan tahun sebelumnya.

Melimpahnya produksi beras harus diimbangi dengan gudang penyimpanan beras yang bisa tahan lama sebagaimana lumbung era dulu yang mampu menyimpan padi hingga puluhan tahun.

Fakta sulit terbantahkan, banyak hasil panen rusak karena tak sempat terjual akibat kurangnya gudang penyimpanan. Sisi lain, menyebutkan adanya penurunan kualitas beras yang tersimpan di gudang- gudang dengan teknologi lebih canggih. Ini menuntut adanya perbaikan, penataan dan penambahan gudang penyimpanan pangan hingga ke daerah sentra produksi.

Baca Juga: Kopi Pagi: Menguatkan Ketahanan Mental

Dengan dibanguannya lumbung pangan hingga ke setiap desa akan memperluas jangkauan dan memperkuat cadangan pangan nasional. Dengan syarat, lumbung itu bukan milik pribadi atau sebuah institusi, tetapi lumbung rakyat - milik rakyat, dalam artian dikelola oleh rakyat dengan asas kekeluargaan, kebersamaan dan kegotongroyongan.

Dipastikan dalam menjaga, merawat dan mengelola lumbung akan menjadi lebih baik dan bertanggung jawab, karena telah terbentuk rasa melu handarbeni – rasa ikut memiliki yang dilandasi semangat kebersamaan dan saling berbagi : Satu untuk semua,semua untuk satu kepentingan bersama – ketahanan pangan.

Koperasi Desa Merah Putih bisa mengambil peran ikut mewujudkan lumbung rakyat menjadi kenyataan, bukan sebatas impian.

Bentuk lumbung rakyat yang hendak dihadirkan, boleh jadi tidak sama persis dengan yang dulu, tapi memiliki kesamaaan fungsi: sebagai gudang penyimpanan cadangan pangan dalam waktu lama, tanpa penurunan kualitas.

Melahirkan kembali lumbung rakyat menjadi kebutuhan era kini dan mendatang, sekaligus memperkuat filosofi lumbung itu sendiri sebagaimana sejarah kelahirannya, sebagai berikut:

Pertama, hadirnya lumbung rakyat menjadi aksi nyata hadirnya negara di tengah kehidupan masyarakat guna merespons langsung kebutuhan rakyatnya, dan sesegera mungkin memenuhinya..

Kedua, keberadaan lumbung rakyat di setiap desa, menjadi simbol pemeratan hasil pembangunan hingga ke seluruh pelosok negeri sebagai upaya konkret mengikis kesenjangan sosial.

Bicara soal kesenjangan, negara memang wajib hadir mengatasinya dengan melakukan perubahan radikal melalui kebijakan yang prorakyat, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.


Berita Terkait


News Update