Stunting Masih Jadi Tantangan di Jakarta, Ahli Gizi Soroti Pola Asuh dan Lingkungan Kumuh

Minggu 19 Okt 2025, 14:42 WIB
Ilustrasi stunting. (foto: ilustrasi)

Ilustrasi stunting. (foto: ilustrasi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kasus stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak balita masih menjadi persoalan kesehatan yang mendapat perhatian serius di Jakarta.

Meski ibu kota dikenal dengan tingkat ekonomi dan akses layanan kesehatan yang lebih baik dibanding daerah lain, persoalan gizi anak tetap muncul, terutama di kawasan padat penduduk dan permukiman kumuh.

Peneliti ahli gizi dari DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Nurfi Afriansyah, menyampaikan, bahwa stunting pada dasarnya merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang berdampak pada pertumbuhan anak, terutama tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama.

"Kekurangan gizi kronis (stunting) pada anak balita, yang paling mudah dilihat dari tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak sepantarannya ( usia dan gender)," ucap Nurfi kepada Poskota, Minggu, 19 Oktober 2025.

Menurut Nurfi, ada dua faktor utama tersebut saling berhubungan erat. Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi seimbang dan pola asuh dari orang tuanya.

"Umumnya secara langsung disebabkan oleh konsumsi makanan dan pola asuh yang tidak memadai," ujar Nurfi.

Baca Juga: Tekan Angka Stunting di Jakarta, Pramono Minta Faskes Tumbuh Kembang Anak Diperbanyak

Selain dua penyebab tersebut, Nurfi juga menyoroti adanya faktor tidak langsung yang memperparah risiko stunting, seperti buruknya sarana air minum, sanitasi, dan higiene (WaSH) serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan.

"Untuk kasus Jakarta, kemungkinan aspek pola asuh & WaSH yang kurang karena banyak orang tua bekerja, anak balita ditinggal bersama pengasuh yang kurang berpengetahuan gizi dan tinggal lingkungan kumuh perkotaan," ungkap Nurfi.

Ia menyarankan agar ibu dan pengasuh balita dibekali pengetahuan tentang pola asuh dan pemberian makanan bergizi yang memadai.

Edukasi ini penting agar anak mendapatkan asupan nutrisi seimbang sejak dini, termasuk dari makanan rumahan yang padat gizi.

"Pastikan juga sanitasi seputar rumah dan sarana air minum bersih dan sehat, serta selalu mencuci tangan sebelum makan dan sehabis buang air kecil dan besar," ujarnya.

Sebagai langkah pencegahan melalui pola makan, Nurfi menyarankan agar keluarga membiasakan menghadirkan makanan lokal rumahan yang padat gizi.

Seperti semur telur, hati ayam, atau hati sapi, yang kaya protein, zat besi, dan vitamin penting bagi pertumbuhan anak.

"Upayakan menghadirkan makanan ‘lokal rumahan’ yang padat gizi (seperti semur telur atau hati ayam atau sapi), bukan makanan pabrikan yang umumnya kaya ‘gula-garam-lemak jenuh’," katanya. (cr-4)


Berita Terkait


News Update