TAMBUN UTARA, POSKOTA.CO.ID - Belakangan ini, publik dihebohkan dengan keberadaan patung ikan gabus yang berdiri di depan Gerbang Tol Gabus, Desa Srijaya, Kecamatan Tambun Utara, Kabupaten Bekasi. Patung tersebut viral lantaran bentuknya unik dan dinilai tidak seperti tugu permanen pada umumnya.
Di balik viralnya patung tersebut, ternyata terdapat sosok di balik pembuatnya, yaitu Drahim Sada, seorang Dewan Kebudayaan Daerah Kabupaten Bekasi. Ia merupakan penggagas sekaligus pembuat patung ikan gabus yang kini ramai diperbincangkan warganet.
Ramainya komentar publik sempat diwarnai cibiran dan pertanyaan mengenai sumber dana pembuatan patung tersebut. Sebab, tugu itu tampak ringan dan tidak terbuat dari beton, melainkan berdiri di atas tiang bambu yang terlihat bisa digerakkan.
Namun, Drahim meluruskan kabar tersebut. Ia menegaskan bahwa patung ikan gabus itu bukan proyek pemerintah, melainkan murni hasil karyanya bersama seorang seniman lokal.
Baca Juga: Pemprov Jakarta Lakukan Perawatan Patung Pancoran, Ditargetkan Selesai 60 Hari
“Sebenarnya itu boneka yang saya buat untuk festival Kali Gabus di bulan Agustus kemarin. Bahan materialnya dari karpet dan bambu. Waktu pembuatannya juga cuma satu minggu bareng seniman dari Gabus. Untuk biayanya, saya keluarkan pribadi sebesar Rp2,5 juta,” ujar Drahim saat ditemui di kediamannya, Minggu 19 Oktober 2025.
Menurut Drahim, patung tersebut awalnya dibuat sebagai ikon Festival Kali Gabus, sebuah kegiatan budaya yang bertujuan memperkenalkan potensi daerah Bekasi.
Namun, setelah festival usai, Drahim berinisiatif memindahkan boneka itu ke depan exit Tol Gabus agar tidak rusak dan bisa menjadi penanda wilayah.
“Awalnya hanya untuk festival, tapi daripada rusak, saya pajang di depan gerbang tol biar jadi penanda wilayah Gabus,” tambahnya.
Selain patung ikan gabus, di lokasi itu juga terdapat ikon golok yang belum rampung dikerjakan. Menurut Drahim, hal itu memang sengaja ia lakukan untuk menarik perhatian pemerintah daerah agar mau melanjutkan pembangunan ikon budaya Bekasi dengan versi yang lebih permanen dan representatif.
“Alasan saya bikin golok yang belum rampung itu supaya pemerintah bisa lihat dan melanjutkannya. Syukur kalau Pemkab Bekasi mau buat yang lebih bagus lagi. Minimal dilanjutkan lah,” ungkapnya.