Faktor sosial dan ekonomi pun ikut memengaruhi. Menurut Chico, sebagian keluarga masih memiliki pola asuh yang kurang mendukung pertumbuhan anak, serta akses layanan kesehatan yang belum merata di wilayah pinggiran Jakarta.
"Dan kebiasaan seperti merokok di rumah yang memengaruhi pertumbuhan anak," ujar dia.
Sebagai bentuk keseriusan menekan stunting, Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp10,7 triliun dalam APBD 2025 untuk mendukung program gizi spesifik dan sensitif, edukasi kesehatan, serta peningkatan infrastruktur sanitasi.
"Kami di Pemprov DKI terus prioritaskan ini melalui anggaran Rp10,7 triliun di 2025 untuk program gizi spesifik, edukasi, dan sinergi dengan TP2S nasional," ungkap dia.
Kasus Stunting di Jakarta Timur Turun
Sementara itu, Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Timur mencatat terjadi penurunan angka stunting di wilayah Jakarta Timur.
Baca Juga: Stunting Masih Jadi Tantangan di Jakarta, Ahli Gizi Soroti Pola Asuh dan Lingkungan Kumuh
Kepala Sudinkes Jakarta Timur, Herwin Meifendy menyampaikan, jumlah balita stunting pada Agustus 2025 tercatat sebanyak 802 anak.
"Jumlah balita stunting bulan Agustus 2025 sebanyak 802 bila dibandingkan dengan bulan Desember 2024 mengalami penurunan sebanyak 9 kasus, yang awalnya 811 kasus," ucap Herwin kepada Poskota, Minggu, 19 Oktober 2025.
Adapun capaian ini merupakan hasil dari serangkaian program intervensi spesifik dan sensitif yang dijalankan secara konsisten di seluruh wilayah kecamatan Jakarta Timur.
Upaya spesifik yang sudah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Penemuan kasus stunting.
2. Validasi dan verifikasi data kasus.