JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kasus stunting atau kekurangan gizi kronis pada anak balita masih menjadi persoalan kesehatan yang mendapat perhatian serius di Jakarta.
Meski ibu kota dikenal dengan tingkat ekonomi dan akses layanan kesehatan yang lebih baik dibanding daerah lain, persoalan gizi anak tetap muncul, terutama di kawasan padat penduduk dan permukiman kumuh.
Peneliti ahli gizi dari DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), Nurfi Afriansyah, menyampaikan, bahwa stunting pada dasarnya merupakan kondisi kekurangan gizi kronis yang berdampak pada pertumbuhan anak, terutama tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya dengan jenis kelamin yang sama.
"Kekurangan gizi kronis (stunting) pada anak balita, yang paling mudah dilihat dari tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak sepantarannya ( usia dan gender)," ucap Nurfi kepada Poskota, Minggu, 19 Oktober 2025.
Menurut Nurfi, ada dua faktor utama tersebut saling berhubungan erat. Anak yang tidak mendapatkan asupan gizi seimbang dan pola asuh dari orang tuanya.
"Umumnya secara langsung disebabkan oleh konsumsi makanan dan pola asuh yang tidak memadai," ujar Nurfi.
Baca Juga: Tekan Angka Stunting di Jakarta, Pramono Minta Faskes Tumbuh Kembang Anak Diperbanyak
Selain dua penyebab tersebut, Nurfi juga menyoroti adanya faktor tidak langsung yang memperparah risiko stunting, seperti buruknya sarana air minum, sanitasi, dan higiene (WaSH) serta keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan.
"Untuk kasus Jakarta, kemungkinan aspek pola asuh & WaSH yang kurang karena banyak orang tua bekerja, anak balita ditinggal bersama pengasuh yang kurang berpengetahuan gizi dan tinggal lingkungan kumuh perkotaan," ungkap Nurfi.
Ia menyarankan agar ibu dan pengasuh balita dibekali pengetahuan tentang pola asuh dan pemberian makanan bergizi yang memadai.
Edukasi ini penting agar anak mendapatkan asupan nutrisi seimbang sejak dini, termasuk dari makanan rumahan yang padat gizi.