Tragedi ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Kronologi yang terungkap menunjukkan Timothy telah lama menjadi sasaran perundungan verbal di grup chat WhatsApp.
Tangkapan layar yang viral di media sosial, khususnya melalui akun @unudmenfess, memperlihatkan betapa kabar duka cita kematiannya justru disambut dengan komentar-komentar tak pantas dan canda yang menusuk dari sesama mahasiswa.
Yang ironis, para pelaku perundungan tersebut adalah mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, individu-individu yang diharapkan menjadi panutan.
Respons Institusi: Konsekuensi dan Pertanggungjawaban
Menanggapi kemarahan publik, Universitas Udayana mengambil tindakan tegas. Pada Jumat, 17 Oktober 2025, enam mahasiswa yang teridentifikasi terlibat dalam percakapan tak beretika tersebut dikenai sanksi berat.
Mereka dipecat dari jabatan mereka di berbagai organisasi kampus, seperti Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (Himapol), BEM, dan DPM.
Himapol Unud dalam pernyataan sikapnya menyebut tindakan para mahasiswa tersebut sebagai perbuatan "amoral dan menambah luka bagi yang berduka." Selain sanksi organisasi, para pelaku juga dikenai sanksi akademik dan diminta untuk meminta maaf secara terbuka melalui video di media sosial.
Baca Juga: Terungkap! Alasan Andre Taulany Ajukan Cerai: Tagihan Gofood Istri Tembus Rp2 Juta Sehari
Refleksi Nasional: Belajar dari Luka Timothy
Kisah Timothy Anugerah Saputra telah menjadi cermin kelam bagi masyarakat Indonesia, khususnya di lingkungan kampus. Tragedi ini memicu diskusi nasional yang mendesak tentang pentingnya kesehatan mental, bahaya laten perundungan siber, dan kebutuhan mendesak untuk menciptakan ekosistem kampus yang empatik dan mendukung.
Keluarga Timothy, dalam ketegaran mereka, disebutkan telah memilih untuk memaafkan dan tidak melaporkan kasus ini secara hukum. Namun, keputusan itu tidak lantas meredam seruan kolektif untuk perubahan.
Pelajaran terbesar dari tragedi ini adalah bahwa perundungan, dalam bentuk apa pun, bukanlah lelucon. Ia adalah bom waktu yang diam-diam merenggut harapan.
Kisah Timothy adalah pengingat pilih untuk kita semua: bahwa di balik setiap senyuman, bisa jadi tersimpan sebuah pertempuran sunyi. Sudah waktunya kita lebih peka, lebih peduli, dan berani memutus mata rantai kekejaman yang dibungkus candaan.