Obrolan Warteg: Jika Cukup Satu, Mengapa Harus Dua Periode

Rabu 15 Okt 2025, 06:55 WIB
Obrolan Warteg menyoroti sikap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang memilih hanya satu periode menjabat. Sikap ini dinilai patut diapresiasi di tengah ambisi kekuasaan para elite politik. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

Obrolan Warteg menyoroti sikap Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung yang memilih hanya satu periode menjabat. Sikap ini dinilai patut diapresiasi di tengah ambisi kekuasaan para elite politik. (Sumber: Poskota/Arif Setiadi)

POSKOTA.CO.ID - Cukup menarik apa yang dikatakan Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo. Ini bukan menyangkut kebijakan yang digulirkan, tetapi lebih kepada keputusan politik untuk tidak lagi menjadi pejabat publik setelah tahun 2029.

Pram, sapaan akrab Pramono Anung mengaku memiliki target untuk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta hanya dalam satu periode. Setelah itu pensiun dari kontestasi politik.

“Ini sikap yang patut diapresiasi dan menjadi renungan kita bersama, utamanya para elite politik negeri ini,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg, usai maksi di tempat makan langganan bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.

“Biasanya kalau sudah satu ingin dua, bahkan tak sedikit yang ingin tiga dengan menghalalkan segala cara,” kata Yudi.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Usulan, Bulog Naik Status

“Tolong diperjelas, satu, dua dan tiga itu apa maksudnya. Istri pendamping suami, apa periode masa jabatan?,” kata Heri.

“Kita kan lagi ngobrolin soal jabatan gubernur, ya jelas soal periode masa jabatan. Nggak usah nyerempet ke yang lain – lain, soal ibu.. ibu dan ibu,,” kata Yudi.
“Sebenarnya soal kesatu, kedua , dan ketiga itu nggak jauh beda karena didasari  adanya hasrat ingin berkuasa, baik dalam rumah tangga maupun jabatan publik, “ jelas mas Bro.

“Hasrat itu boleh – boleh saja, itu manusiawi setiap orang memiliki hasrat, tetapi harus tahu diri dengan kemampuan yang dimiliki,” kata Heri.

“Setuju. Kalau yang kesatu saja sudah menggeh – menggeh, mengapa harus yang kedua, terlebih ketiga. Itu namanya memaksakan diri, yang rugi bukan dirinya sendiri, juga orang lain,” kata Yudi.

“Jika menyangkut jabatan publik seperti gubernur, bupati atau wali kota, yang dirugikan adalah masyarakat luas. Coba bayangkan! Pada periode pertama saja dinilai gagal, menyisakan banyak masalah, masih juga membangun citra memaksakan diri untuk periode yang kedua,” urai mas Bro.

Baca Juga: Obrolan Warteg: Pangkas Habis Distribusi Pupuk


Berita Terkait


News Update