POSKOTA.CO.ID - Pasar saham Indonesia tengah menghadapi dinamika menarik pada tahun 2025. Pada perdagangan Senin, 13 Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,37% ke level 8.227,20. Meski indeks terkoreksi, pergerakan harga emas dunia justru melonjak hingga 3,3%, menembus level USD 4.109 per troy ons.
Lonjakan harga emas tersebut terjadi di tengah liburnya pasar obligasi Amerika Serikat (Columbus Day) yang mendorong investor beralih ke aset safe haven. Kondisi ini menjadi sinyal positif bagi saham-saham emiten emas seperti BRMS, ARCI, HRTA, dan ANTM.
Khusus bagi ANTM (PT Aneka Tambang Tbk), sekitar 84% pendapatannya berasal dari penjualan emas, sehingga kenaikan harga global berpotensi langsung meningkatkan kinerja keuangannya.
Baca Juga: Oppo A6 Pro 2025: HP Stylish dengan Layar 120Hz dan Fast Charging 67W Harga Mulai Rp3 Jutaan
Daftar Emiten Saham Emas Terbaik di BEI 2025
1. PT United Tractors Tbk (UNTR)
Awalnya dikenal sebagai distributor alat berat, UNTR kini menjadi salah satu pemain besar di sektor pertambangan emas. Melalui anak usahanya, PT Agincourt Resources (PTAR), perusahaan mengelola tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan.
Pada kuartal I-2025, pendapatan segmen emas UNTR melonjak 61,53% YoY menjadi Rp2,94 triliun. Peningkatan ini memperkuat posisi UNTR sebagai salah satu emiten multifaset dengan portofolio tambang yang kuat.
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Sebagai perusahaan pertambangan terintegrasi, MDKA fokus pada eksplorasi dan produksi emas, tembaga, dan nikel. Berdasarkan laporan tahunannya, MDKA memiliki cadangan 36,9 juta ons emas dan 8,6 juta ton tembaga.
Proyek andalan Proyek Pani di Gorontalo menjadi katalis jangka panjang dengan potensi cadangan hampir 7 juta ons emas, menjadikannya prospek cerah di 2025.
3. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Sebagai ikon produsen emas nasional, ANTM tetap menjadi emiten unggulan. Selain emas, perusahaan juga memproduksi nikel, feronikel, bauksit, dan alumina.
Dengan kontribusi 84% pendapatan dari segmen emas, saham ANTM kerap menjadi barometer utama sektor tambang emas di Indonesia.
4. PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS)
BRMS memproduksi emas, tembaga, dan seng, dengan tambang utama di Poboya, Palu. Sejak produksi emas pertamanya pada 2020, BRMS terus memperluas kapasitas melalui proyek baru.
Kenaikan harga emas dunia menjadi momentum bagi BRMS untuk memperkuat ekspansi dan profitabilitas di tahun 2025.
5. PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB)
Sebagai produsen emas nasional dengan kapasitas 200.000 ons per tahun, PSAB memiliki lima proyek utama, termasuk dua tambang aktif di Indonesia dan satu di Pahang, Malaysia.
Emiten ini menjadi pilihan menarik bagi investor yang ingin fokus penuh pada bisnis emas murni (pure-play gold exposure).
6. PT Archi Indonesia Tbk (ARCI)
ARCI adalah produsen emas dan perak terbesar di Asia Tenggara. Di 2025, ARCI memperluas bisnis dengan operasi Pit Marawuwung dan reaktivasi Pit Araren.
Tambang bawah tanah baru yang akan beroperasi penuh pasca uji coba pada akhir 2024 diprediksi meningkatkan kapasitas produksi secara signifikan.
7. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA)
Berbeda dari emiten tambang, HRTA bergerak di industri perhiasan emas. Dengan lima pabrik dan merek populer EMASKU, HRTA menawarkan peluang investasi di sisi hilir industri emas, melengkapi diversifikasi sektor logam mulia nasional.
Peluang Investasi Saham Emas di 2025
Harga emas dunia meningkat sekitar 26% year-on-year (YoY) pada paruh pertama 2025. Kenaikan ini dipicu oleh pelemahan dolar AS, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik global.
Tren ini menjadi peluang besar bagi investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang ingin mendapatkan keuntungan dari kinerja emiten emas.
Beberapa faktor utama yang mendukung prospek investasi saham emas di 2025 antara lain:
- Harga emas global naik stabil, memperluas margin keuntungan emiten tambang.
- Proyek baru dengan cadangan besar, seperti Pani milik MDKA, meningkatkan potensi ekspansi.
- Permintaan emas dari bank sentral dan investor institusional terus meningkat.
- Emas sebagai aset lindung nilai (safe haven) tetap menjadi pilihan utama di tengah ketidakpastian global.
Dengan fundamental yang kuat dan prospek jangka panjang, sektor tambang emas diprediksi tetap menjadi salah satu sektor defensif terbaik di 2025.
Risiko Investasi Saham Emas
Meski prospeknya menjanjikan, investor tetap perlu mewaspadai sejumlah risiko:
- Fluktuasi harga emas global akibat perubahan suku bunga dan penguatan dolar AS.
- Biaya operasional tambang tinggi, yang dapat menekan margin saat harga emas melemah.
- Risiko lingkungan dan regulasi, yang dapat memengaruhi keberlanjutan proyek.
- Valuasi saham tinggi berpotensi menimbulkan koreksi jangka pendek.
Dengan memahami risiko tersebut, investor dapat menyusun strategi yang lebih bijak dan realistis.
Baca Juga: Oppo A6 Pro 2025: HP Stylish dengan Layar 120Hz dan Fast Charging 67W Harga Mulai Rp3 Jutaan
Strategi Investasi Saham Emas 2025
Untuk memaksimalkan peluang di tengah volatilitas pasar, investor disarankan:
- Fokus pada emiten pure-play, seperti PSAB atau ANTM, agar eksposur terhadap emas lebih optimal.
- Pantau perkembangan proyek baru, terutama yang memiliki cadangan besar seperti Pani (MDKA).
- Diversifikasi portofolio untuk mengurangi risiko spesifik emiten.
- Analisis faktor makroekonomi, termasuk kebijakan suku bunga, inflasi, dan kurs dolar.
- Ambil posisi jangka menengah hingga panjang, karena sektor tambang emas cenderung volatil dalam jangka pendek namun kuat dalam jangka panjang.
Kenaikan harga emas dunia di 2025 menjadi momentum penting bagi sektor pertambangan emas di Indonesia. Emiten seperti ANTM, MDKA, BRMS, dan UNTR memiliki peluang besar untuk mencatatkan pertumbuhan laba yang solid.
Namun, di balik peluang tersebut, investor perlu cermat membaca arah pasar dan faktor makroekonomi global. Dengan strategi investasi yang terukur dan diversifikasi yang tepat, saham emas tetap menjadi instrumen yang potensial untuk menjaga nilai aset di tengah ketidakpastian ekonomi global.