Namun, kondisi bangunan saat ini memprihatinkan. Beberapa kali atap ruang kelas dan ruang guru roboh meski tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
“Sudah tiga kali atap ruangan roboh, tapi untungnya kejadiannya malam hari saat libur sekolah,” jelas Deni.
Akibat keterbatasan ruang, kegiatan belajar mengajar terpaksa dilakukan dua shift. Dari total sekitar 320 siswa, hanya tersedia empat ruang kelas aktif yang digunakan bergantian.
Baca Juga: Gunungan Sampah di TPA Sumur Batu Bekasi Rawan Longsor, Warga Minta Pemkot Turun Tangan
“Kelas 8 dan 9 belajar pagi, sedangkan kelas 7 masuk siang. Kalau ujian semester, biasanya kami menumpang di SMP 19,” sambungnya.
Meski dalam kondisi serba terbatas, semangat belajar para guru dan siswa tetap tinggi. Mereka berharap pembangunan gedung sekolah baru bisa segera direalisasikan melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) 2026.
“Kami berharap pembangunan sekolah baru bisa segera terealisasi. Kondisi sekarang sudah sangat memprihatinkan, dan kami ingin siswa bisa belajar dengan aman serta nyaman,” ujarnya. (cr-3)