POSKOTA.CO.ID - Hari ini, 1 Oktober kita peringati sebagai Hari Kesaktian Pancasila untuk menandai kemenangan ideologi Pancasila atas ancaman ideologi lain yang berusaha merongrong persatuan bangsa.
Melalui peringatan ini hendakanya menjadi momen untuk terus mengingat pentingnya penerapan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari seperti pentingnya menjaga persatuan dan keutuhan negara serta keadilan sosial.
“Tapi Hari Kesaktian Pancasila bukan merupakan hari libur nasional ya,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Itu sudah menjadi keputusan pemerintah, soal libur dan tidak libur tak perlu dipersoalkan, yang penting makna peringatannya,” kata Yudi.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Fraksi Rakyat Bergerak
“Tulisan “libur” dan “tidak libur” itu beda, jelas pula beda makna,” kata Heri.
“Sudah, nggak usah debat kusir. Yang perlu diperdebatkan dan digugat jika terjadi penyelewengan dalam pelaksanaan dan pengamalan Pancasila,” ujar mas Bro.
“Setuju banget Bro. Dengan pengamalan nilai –nilai luhur Pancasila, negeri kita akan tetap kokoh menghadapi berbagai dinamika global dan internal di masa kini dan masa depan,” kata Heri.
“Pengamalan adalah yang terpenting, utamanya para elite bangsa ini dengan meneladani dalam bertutur kata, bersikap dan berperilaku dengan menjunjung tinggi nilai – nilai luhur Pancasila,” jelas Yudi.
“Bilangnya sangat menghargai perbedaan, tetapi begitu ada yang berbeda sikap dan pendapat, tersinggung dan marah,” kata Heri.
“Iya juga. Bilangnya sependapat dengan hasil musyawarah dan mufakat, tetapi begitu keluar ruangan bikin gerakan untuk membatalkan hasil musyawarah dengan segala cara,” kata mas Bro.
Baca Juga: Obrolan Warteg: Jangan Cuma Kejar Target
“Itu sih namanya pemaksaan kehendak, mencari pembenaran demi keuntungan diri sendiri, bukan untuk kepentingan umum. Sikap ini jelas tak selaras dengan adat dan budaya bangsa kita,” kata Heri.
“Bukankah beda pendapat itu dibenarkan untuk mencari titik temu. Bukankah perbedaan itu keniscayaan, yang dilarang adalah mempertentangkan adanya perbedaan,” kata Yudi.
“Tidaklah salah. Yang salah ketika sudah diambil keputusan bersama, kemudian mengingkari hasil keputusan atas dasar musyawarah dan mufakat,” urai mas Bro.
“Kembai ke soal Pancasila, hendaknya bukan sebatas hafalan dan pemahaman semata,” ujar Heri.
“Hafalan dan pemahaman juga perlu. Coba kalau tidak hafal, misalnya ada pejabat salah sebut teks Pancasila, kan malu.Komentar pun jadi miring, gimana mengamalkan, sila Pancasila saja nggak paham,” kata Yudi.
“Okelah aku menghormati pendapat kalian sebagai bentuk menghargai perbedaan. Ini juga bagian pengamalan Pancasila,” urai mas Bro.
“Tos kita Bro. Jika kita saling menghargai perbedaan, tak ada lagi perseteruan, perselisihan, saling jegal dan menjatuhkan.Yang ada bersatu, rukun dan damai,” ujar Yudi. (Joko Lestari)