Menkeu Purbaya Sindir Pertamina Malas-malasan, Tagih Janji Pembangunan Kilang Minyak Baru

Rabu 01 Okt 2025, 12:38 WIB
Menkeu Purbaya sebut Pertamina malas-malasan, tagih janji pembuatan kilang minyak yang baru. (Sumber: tangkapan layar)

Menkeu Purbaya sebut Pertamina malas-malasan, tagih janji pembuatan kilang minyak yang baru. (Sumber: tangkapan layar)

POSKOTA.CO.ID - Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa melontarkan kritik keras terhadap PT Pertamina (Persero) terkait lambannya pembangunan kilang minyak baru di Indonesia.

Menurutnya perusahaan energi pelat merah itu terkesan tidak serius dalam mewujudkan program strategis yang penting untuk ketahanan energi nasional.

Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa 30 September 2025 yang disiarkan TV Parlemen, Purbaya menegaskan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) sudah berlangsung selama puluhan tahun.

Baca Juga: Guru Wajib Tahu! Panduan Lengkap Cara Cek Beban Mengajar di Dapodik 2026 untuk Hindari Status Invalid di Info GTK

Namun hingga kini belum ada pembangunan kilang baru yang benar-benar terealisasi seperti yang dijanjikan Pertamina.

"Sudah berapa tahun kita impor BBM? Puluhan tahun. Tapi kita tidak pernah bangun kilang baru. Sejak kecil sampai sekarang tidak ada realisasinya," ujar Purbaya.

Janji 7 Kilang Baru Tak Terealisasi

Purbaya mengingatkan bahwa pada tahun 2018 Pertamina sempat berjanji akan membangun tujuh kilang baru dalam waktu lima tahun.

Namun pada kenyataannya hingga 2025 belum satu pun proyek tersebut berjalan, menimbulkan tanda tanya terkait kinerja Pertamina.

Baca Juga: 91 Santri Diduga Masih Tertimbun Reruntuhan Mushala Ponpes Al Khozyni

Padahal kata Purbaya, saat itu ada tawaran menarik dari investor asal China. Skemanya, Pertamina hanya perlu membeli produk hasil kilang selama 30 tahun, lalu kepemilikan penuh beralih ke Pertamina.

Sayangnya, tawaran itu ditolak dengan alasan perusahaan sudah punya rencana pembangunan mandiri.

"Ini bukan masalah kita tidak bisa membangun, tapi karena Pertamina malas-malasan saja," ungkapnya.

Beban Berat APBN

Keterlambatan pembangunan kilang berdampak langsung pada keuangan negara.

Selama ini, kebutuhan BBM yang tidak bisa dipenuhi dalam negeri ditutupi lewat impor, terutama dari Singapura.

Baca Juga: Harga Terbaru BBM Pertamina Per 1 Oktober 2025 di Jakarta, Cek Daftar Rinciannya

Kondisi ini membuat beban subsidi dan kompensasi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin besar.

Pada APBN 2025, pemerintah menganggarkan subsidi dan kompensasi energi sebesar Rp498,8 triliun. Hingga Agustus, realisasinya telah mencapai Rp218 triliun atau sekitar 43,7 persen dari total pagu anggaran.

Purbaya mencontohkan, harga keekonomian solar mencapai Rp11.950 per liter. Namun masyarakat hanya membayar Rp6.800 per liter karena pemerintah menanggung subsidi Rp5.150 per liter atau setara 43 persen dari harga normal.

Begitu pula dengan Pertalite yang mendapat subsidi Rp1.700 per liter, sehingga harga di pasaran menjadi Rp10.000.

Sementara untuk LPG 3 kg, pemerintah menanggung subsidi hingga Rp30.000 per tabung. Artinya, masyarakat hanya membayar Rp12.750 dari harga normal Rp42.750 per tabung.

"Ini bentuk keberpihakan fiskal yang terus kita evaluasi agar lebih tepat sasaran," jelas Purbaya.

DPR Diminta Ikut Mengawasi

Melihat kondisi ini, Purbaya meminta DPR RI turut mengawasi jalannya program pembangunan kilang baru oleh Pertamina.

Menurutnya semakin lama pembangunan ditunda, semakin besar kerugian negara akibat impor BBM.

"Bapak-bapak tolong kontrol mereka juga. Saya kontrol, DPR juga kontrol, supaya ini tidak berlarut. Kalau terus impor dari Singapura, kerugian kita makin besar," kata Purbaya.


Berita Terkait


News Update