Sementara itu, pedagang lain di Pasar Senen, Jakarta Pusat turut merasakan dampak dari maraknya barang impor yang masuk di pasaran.
"Iya ngerasa sih dampaknya, turun gitu sekarang pendapatan," ujar salah satu pedagang yang tak ingin disebutkan namanya tersebut.
Dia yang sehari-harinya berdagang sajadah, sarung, peci hingga karpet itu mengaku hanya menjajakan dagangan secara offline setiap hari di Pasar Tradisional Senen tersebut.
Bahkan, dia mengakui, gencarnya pedagang yang sudah beralih ke era digital atau secara online ini. Membuatnya, kalah bersaing.
"Biasa disini aja dagangnya, apalagi kalah sama online sekarang kan," kata dia.
Tetap Pilih Produk Lokal
Meski begitu, sebagian masyarakat, menyatakan tetap setia pada produk lokal. Mereka menilai membeli produk dalam negeri bukan sekadar urusan harga, juga bentuk dukungan bagi keberlangsungan UMKM dan pelaku usaha lokal.
Baca Juga: Indonesia Khawatir Amerika Cabut Bea Masuk Gratis Barang Impor
Brigitta, 26 tahun, menegaskan dirinya lebih memilih produk lokal meskipun harganya lebih mahal dibandingkan barang impor atau KW.
"Kalo dari saya sendiri lebih milih produk lokal, meskipun harganya lebih mahal tapi itu jelas buatan indonesia original di bandingkan harus hidup dengan kaya tapi menggunakan barang kw," ucap Brigitta kepada Poskota, Selasa 30 September 2025.
Sementara itu, Zahra 25 tahun menilai produk lokal kini semakin berkembang, baik dari sisi kualitas maupun desain.
“Lebih memilih barang lokal, karena banyak Gen Z yang sudah mulai buka usaha. Jadi hitung-hitung bantu produk lokal. Barang lokal juga nggak kalah bagus sama produk branded, walaupun mungkin harganya sedikit lebih mahal,” ujar Zahra.