POSKOTA.CO.ID - Kabar mengejutkan datang dari industri kopi global. Starbucks, salah satu jaringan kedai kopi terbesar asal Amerika Serikat, mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran senilai US$1 miliar atau sekitar Rp16,7 triliun.
Langkah strategis ini tidak hanya berdampak pada operasional perusahaan, tetapi juga akan memengaruhi ribuan karyawan serta arah bisnis ke depan.
Restrukturisasi ini dilakukan sebagai respons terhadap penurunan tren penjualan dalam beberapa kuartal terakhir. Melalui inisiatif bertajuk “Back to Starbucks”, CEO Brian Niccol menegaskan bahwa perusahaan perlu melakukan transformasi mendasar agar tetap relevan di tengah perubahan perilaku konsumen dan persaingan ketat industri kopi global.
Baca Juga: 7 Zodiak Paling Beruntung Hari Ini 27 September 2025: Virgo hingga Aquarius Terima Rezeki Nomplok
Rincian Restrukturisasi Starbucks
Dalam dokumen resmi yang disampaikan ke Securities and Exchange Commission (SEC), Starbucks menjelaskan bahwa jumlah gerai yang dioperasikan langsung di kawasan Amerika Utara akan berkurang sekitar 1% pada tahun fiskal 2025.
Beberapa poin penting dari restrukturisasi ini antara lain:
- Penutupan Gerai
- Lebih dari 100 gerai Starbucks di Amerika Utara akan ditutup.
- Hingga 29 Juni lalu, Starbucks tercatat memiliki lebih dari 11.400 gerai di kawasan tersebut.
- Dengan penutupan ini, jumlah gerai akan terkoreksi namun tetap terjaga dalam skala besar.
- Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
- Sekitar 900 karyawan non-ritel akan terdampak.
- Starbucks menegaskan bahwa keputusan ini diambil sebagai bagian dari efisiensi dan penyelarasan strategi bisnis.
- Alokasi Anggaran
- Sekitar US$150 juta (Rp2,5 triliun) dialokasikan untuk biaya pemisahan karyawan.
- Sekitar US$850 juta (Rp14,2 triliun) digunakan untuk menutup gerai.
- 90% dari total biaya restrukturisasi ditanggung oleh bisnis di Amerika Utara.
- Pencatatan Keuangan
- Beban restrukturisasi ini akan tercatat dalam laporan keuangan tahun fiskal 2025.
Mengapa Starbucks Melakukan Restrukturisasi?
Ada beberapa faktor utama yang mendorong Starbucks mengambil langkah drastis ini:
- Penurunan Penjualan
Laporan keuangan menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan penjualan, terutama di pasar Amerika Utara. - Persaingan Ketat
Industri kopi global semakin kompetitif dengan kehadiran pemain lokal maupun jaringan internasional lain yang menawarkan konsep berbeda. - Perubahan Perilaku Konsumen
Konsumen kini lebih selektif, mengutamakan kualitas, harga terjangkau, serta pengalaman unik. Tren minuman sehat dan lokal juga memengaruhi daya tarik Starbucks. - Efisiensi Operasional
Banyak gerai yang dianggap tidak lagi produktif dan membebani biaya perusahaan.
Restrukturisasi dalam Perspektif Bisnis
Secara umum, restrukturisasi bisnis dipahami sebagai upaya perbaikan yang dilakukan perusahaan untuk mengatasi masalah keuangan maupun tantangan operasional.
Dalam dunia perbankan, restrukturisasi juga dikenal sebagai bentuk keringanan bagi debitur yang kesulitan melunasi kewajiban. Bentuknya bisa berupa:
- Penurunan suku bunga kredit
- Perpanjangan jangka waktu pembayaran
- Pengurangan tunggakan bunga maupun pokok
- Penambahan fasilitas kredit
- Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara
Namun, restrukturisasi tidak sama dengan penghapusan kewajiban. Baik perusahaan maupun debitur tetap harus memenuhi kewajiban dengan skema yang lebih ringan dan berkelanjutan.
Dalam kasus Starbucks, restrukturisasi ini lebih diarahkan pada penyelarasan strategi jangka panjang, bukan sekadar mengurangi beban jangka pendek.