Starbucks Umumkan Penutupan 100 Gerai dan PHK 900 Karyawan, Restrukturisasi Capai Rp16,7 Triliun

Sabtu 27 Sep 2025, 08:03 WIB
Gerai Starbucks di Amerika Utara yang menjadi bagian dari rencana restrukturisasi senilai Rp16,7 triliun. (Sumber: Dok/Starbucks)

Gerai Starbucks di Amerika Utara yang menjadi bagian dari rencana restrukturisasi senilai Rp16,7 triliun. (Sumber: Dok/Starbucks)

Program “Back to Starbucks” yang digagas CEO Brian Niccol menekankan pentingnya kembali pada inti kekuatan merek. Ada tiga fokus utama:

  1. Penguatan Brand Experience

    • Starbucks ingin menghidupkan kembali citra sebagai tempat berkumpul yang nyaman.
    • Fokus pada pengalaman pelanggan melalui layanan digital, aplikasi mobile, dan personalisasi pesanan.
  2. Efisiensi Operasional

    • Menutup gerai yang tidak produktif.
    • Meningkatkan efektivitas rantai pasok dan distribusi bahan baku.
  3. Inovasi Produk

    • Menghadirkan minuman baru yang sesuai tren, seperti opsi plant-based, rendah gula, dan ramah lingkungan.
    • Menyasar konsumen muda yang lebih peduli pada kesehatan dan keberlanjutan.

Dampak terhadap Karyawan dan Konsumen

Restrukturisasi besar-besaran ini tentu membawa dampak nyata.

  • Bagi Karyawan:
    PHK sekitar 900 karyawan non-ritel akan menjadi tantangan tersendiri. Starbucks berkomitmen memberikan kompensasi yang adil serta dukungan transisi karier.
  • Bagi Konsumen:
    Penutupan lebih dari 100 gerai mungkin mengurangi aksesibilitas. Namun, perusahaan meyakinkan pelanggan bahwa kualitas layanan tetap menjadi prioritas utama.
  • Bagi Investor:
    Meski beban restrukturisasi cukup besar, langkah ini diharapkan memperkuat fundamental bisnis dalam jangka panjang.

Starbucks bukan satu-satunya perusahaan yang melakukan restrukturisasi. Industri makanan dan minuman secara global menghadapi tantangan serupa:

  • Inflasi yang menekan daya beli konsumen.
  • Pergeseran tren ke arah minuman sehat dan lokal.
  • Digitalisasi yang mengubah cara konsumen berinteraksi dengan brand.

Dengan skala global yang besar, Starbucks memiliki keunggulan dalam hal distribusi, brand awareness, dan inovasi. Namun, keberhasilan restrukturisasi tetap bergantung pada kemampuan perusahaan membaca kebutuhan konsumen masa kini.

Baca Juga: Cara Buat Moodboard Wisuda di Canva

Analisis: Apakah Restrukturisasi Ini Cukup?

Restrukturisasi Starbucks senilai Rp16,7 triliun dapat dipandang sebagai langkah berani namun penuh risiko.

  • Kekuatan:

    • Fokus pada efisiensi.
    • Menyasar kembali pada kekuatan inti brand.
    • Dukungan investor yang besar.
  • Kelemahan:

    • Risiko kehilangan basis konsumen loyal di area yang ditutup.
    • Dampak sosial dari PHK karyawan.
  • Peluang:

    • Tren digitalisasi layanan kopi.
    • Kesadaran konsumen terhadap keberlanjutan produk.
  • Ancaman:

    • Persaingan ketat dari merek lokal yang lebih adaptif.
    • Perubahan tren konsumen yang cepat.

Restrukturisasi Starbucks senilai Rp16,7 triliun bukan sekadar penghematan biaya, tetapi strategi menyeluruh untuk memperkuat posisi di tengah persaingan global. Meski berdampak pada penutupan gerai dan PHK karyawan, langkah ini diyakini sebagai investasi jangka panjang.

Keberhasilan restrukturisasi akan ditentukan oleh kemampuan Starbucks menghidupkan kembali esensi brand, menghadirkan inovasi produk, serta mempertahankan pengalaman konsumen yang khas.

Bagi industri, langkah ini menjadi contoh nyata bagaimana perusahaan global harus beradaptasi dengan perubahan zaman.


Berita Terkait


News Update