Salah satu pesan kunci yang ditekankan Pramono adalah manfaat ekonomi yang harus sampai ke tingkat akar rumput. Ia secara khusus menyasar para peserta dan wisatawan yang datang untuk berkontribusi langsung pada perputaran ekonomi ibu kota.
“Yang membawa uang, tolong belanja di Jakarta, karena belanja di Jakarta memiliki harga yang kompetitif, sehingga perputaran ekonomi akan bergerak dengan baik. Dan ini membawa manfaat, bukan hanya pada penyelenggara dan peserta, tapi juga warga Jakarta, terutama Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM),” tuturnya.
Pernyataan ini menegaskan komitmen pemprov untuk memastikan gelaran yang menghabiskan anggaran tidak besar ini tidak hanya dinikmati oleh segelintir pihak, tetapi menjadi momentum bagi UMKM untuk naik kelas.
Baca Juga: Antisipasi Kemacetan di Gatot Subroto, Polda Metro Bentuk Tim Satgas
Standar Internasional dan Persiapan Infrastruktur
Mewujudkan mimpi besar tersebut membutuhkan eksekusi yang tepat. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), Luhut Binsar Pandjaitan, menegaskan bahwa JRF 2025 disiapkan dengan cermat, terukur, dan berstandar internasional. Persiapan ini selaras dengan visi Gubernur untuk memperbanyak event global.
"Kita berharap pelari-pelari kelas dunia itu nanti akan gabung di sini dan sangat dimungkinkan karena indeks polusi udara telah kita perbaiki terus. Dan sekarang saya kira telah berjalan dengan baik. Lalu, untuk nanti rutenya akan kita rapikan semua,” papar Luhut.
Luhut juga menyoroti manfaat ganda dari kehadiran wisatawan mancanegara. “Jadi, DKI Jakarta sangat diuntungkan karena jumlah wisatawan akan banyak datang ke Jakarta, karena menurut saya turis itu sangat penting dan juga akan membawa cerita-cerita ke kampung mereka masing-masing terhadap penyelenggaraan ini," tambahnya.
Jakarta Running Festival 2025 yang akan digelar di Istora Senayan, Jakarta Pusat, ini telah menyandang predikat bergengsi World Athletics Label Road Race.
Dengan puluhan ribu peserta yang telah mendaftar di berbagai kategori lari, ajang ini tidak hanya menjadi tes ketahanan bagi para pelari, tetapi juga ujian kesiapan Jakarta untuk menyambut masa depannya sebagai kota global yang sportif dan inklusif.