POSKOTA.CO.ID - Emas sejak lama dikenal sebagai aset lindung nilai (safe haven) yang mampu bertahan di tengah gejolak ekonomi global. Ketika ketidakpastian meningkat, emas menjadi pilihan utama bagi investor untuk menjaga nilai kekayaan.
Dalam konteks 2025, prospek emas semakin menguat, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan langkah kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed.
Philippe Gijsels, Chief Strategy Officer BNP Paribas Fortis, bahkan menegaskan bahwa harga emas berpotensi mencapai US$4.000 per ons dalam 3–6 bulan ke depan. Prediksi ini tidak hanya bersandar pada tren historis, tetapi juga pada skenario kebijakan moneter yang berpotensi melonggar drastis.
Baca Juga: Dibanderol 2 Jutaan, Berikut Spesifikasi Lengkap Infinix Hot 60 Pro
Faktor Pendorong Kenaikan Harga Emas
Terdapat tiga faktor utama yang diyakini mampu mengerek harga emas lebih tinggi:
1. Penurunan Suku Bunga oleh The Fed
Suku bunga acuan The Fed adalah salah satu variabel paling berpengaruh terhadap harga emas. Saat suku bunga turun, imbal hasil aset keuangan lain (seperti obligasi) juga ikut menurun. Hal ini membuat emas—yang tidak memberikan bunga—menjadi relatif lebih menarik.
2. Risiko Kurva Imbal Hasil Obligasi (Yield Curve Risks)
Kurva imbal hasil yang terbalik (inverted yield curve) sering kali menjadi sinyal resesi. Kondisi ini meningkatkan ketidakpastian pasar, mendorong investor global beralih ke aset aman seperti emas.
3. Pelemahan Dolar AS
Dolar AS yang melemah otomatis meningkatkan daya tarik emas bagi investor internasional. Sebagai mata uang cadangan dunia, setiap pelemahan dolar memperbesar permintaan emas karena nilainya lebih stabil terhadap mata uang lainnya.
Menurut Jerry Prior, COO KraneShares Mount Lucas, kombinasi faktor ini bisa membawa harga emas ke US$3.800–4.000 per ons tahun ini.
Data Inflasi AS yang Mendorong Sentimen Emas
Rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) AS terbaru pada Agustus 2025 memberikan sinyal positif bagi emas. PPI turun 0,1%, lebih rendah dari ekspektasi 0,3%. Inflasi wholesale tahunan pun hanya mencapai 2,6%, menandakan tekanan harga yang lebih rendah. Kondisi ini memberi ruang bagi The Fed untuk lebih agresif dalam memangkas suku bunga.
Reaksi pasar terhadap data tersebut langsung mendorong harga emas ke level US$3.650,78 per ons sebelum kembali terkoreksi. Namun, tren jangka menengah masih menunjukan potensi kenaikan.