Signature stages kembali menjadi tulang punggung eksperimen musik festival. Panggung OLENG yang dikurasi LaMunai Records akan menghadirkan dentuman eksperimental Cul De Sac Collective, Dubyouth, Huru Hara by Preachja, Kasimyn, hingga Maft Sai (Thailand).
Sementara getaran musik akar rumput dari Pamulang akan menggoyang PANGGUNG GETARRR (dikurasi Kobra Musik) melalui Asep Balon, Orkes Pensil Alis, Syarikat Idola Remaja, hingga Bujang Orgen Lampung.
Tidak ketinggalan, GIGS STAGE (dikurasi Extreme Moshpit) siap memompa adrenalin dengan energi metal dan hardcore dari Final Attack, Iron Voltage, MTAD, Negatifa, Peach, dan Rounder.
Spesial Program: Inisiatif Artistik dan Nostalgia yang Relevan
Yang membuat edisi spesial satu dekade ini berbeda adalah banyaknya program kuratorial yang lahir dari inisiatif langsung para musisi.
“Para musisi menyadari pentingnya menghadirkan konsep spesial di sebuah festival. Banyak banget spesial program justru berangkat dari inisiasi musisinya,” tegas Aldila Karina, Director of Communication Synchronize Fest.
Beberapa yang paling ditunggu termasuk Tribute To Gusti Irwan Wibowo dari Morad dan Pamungkas, The Adams yang tampil dengan Hornstar Big Band, serta konsep Ambon Jazz Rock gagasan Barry Likumahuwa.
Penyelenggara juga memberi perhatian pada tema "perjalanan waktu". Stadium All-Star (Bobby Suryadi, Jacky, Zaldy Garcia) akan membangkitkan retrospektif kultur klab malam era 80/90-an.
Puncaknya adalah pertunjukan sangat spesial dari Guruh Gipsy yang dijamin membawa penonton melintas waktu ke masa awal musik modern Indonesia.
Mengomentari hal ini, David Tarigan, Artist & Repertoire Synchronize Fest, menegaskan pentingnya warisan musik tersebut. "Guruh Gipsy itu adalah album tonggak musik populer Indonesia.
Penting sekali buat perkembangan musik rock Indonesia karena dia berusaha membuat musik relevan saat itu, progressive rock yang bisa digandrungi anak muda, tapi tetap memiliki narasi ke-Indonesia-an."
Dengan kanvas seluas ini, Synchronize Festival 2025 tidak lagi sekadar menjadi tujuan untuk menonton musik, tetapi sebuah ruang wajib untuk mengalami deny nadi dan sejarah budaya pop Indonesia yang terus hidup dan bersilangan.