Tolak Kerusakan Lingkungan, Musisi Batalkan Tampil di Pestapora yang Disponsori Freeport

Senin 08 Sep 2025, 15:10 WIB
Pestapora 2025 ricuh! Gelombang mundur musisi tanah air pecah setelah sponsor utama terungkap. Simak alasan di balik aksi boikot yang jadi perbincangan nasional ini. (Sumber: Instagram/@pestapora)

Pestapora 2025 ricuh! Gelombang mundur musisi tanah air pecah setelah sponsor utama terungkap. Simak alasan di balik aksi boikot yang jadi perbincangan nasional ini. (Sumber: Instagram/@pestapora)

POSKOTA.CO.ID - Gelombang penolakan dari kalungan seniman mengguncang jagad musik Indonesia. Sejumlah nama besar seperti Sukatani, Hindia, The Panturas, dan Petra Sihombing secara tegas menyatakan mundur dari festival musik ternama, Pestapora 2025.

Keputusan ini bukanlah hal sepele, melainkan sebuah tindakan yang dilakukan atas dasar keyakinan dan prinsip yang kuat. Pemicu dari aksi mundur massal ini adalah terungkapnya PT Freeport Indonesia sebagai sponsor utama gelaran tersebut.

Para musisi menolak untuk berdiri di atas panggung yang didanai oleh perusahaan yang mereka nilai memiliki rekam jejak kelam dalam merusak lingkungan dan mengabaikan hak-hak masyarakat adat di Tanah Papua.

Aksi ini dengan cepat menjelma menjadi sebuah pernyataan politik dan lingkungan yang berani, mengubah pesta musik yang dinantikan menjadi medan pergulatan etika.

Baca Juga: Salma Salsabil dan Dimansyah Menikah Kapan? Dituding Hamil Duluan Usai Umumkan Anak Pertama

Pilihan untuk menarik diri bukan hanya tentang sebuah penampilan, melainkan bentuk solidaritas nyata dan kritik terhadap praktik bisnis yang dianggap eksploitatif dan merusak.

Dampak Lingkungan yang Tak Terbantahkan

Sejak beroperasi puluhan tahun lalu, PT Freeport Indonesia tidak pernah lepas dari sorotan akibat aktivitas pertambangannya. Data lapangan menunjukkan, setiap harinya lebih dari 300.000 ton limbah tailing dibuang ke sistem sungai di Mimika.

Praktik ini telah mengakibatkan pendangkalan sungai secara masif, menghancurkan ekosistem perairan, dan mematikan sumber kehidupan biota air.

Dampaknya langsung dirasakan oleh masyarakat adat setempat, khususnya Suku Amungme dan Kamoro, yang kehilangan mata pencaharian sebagai nelayan dan petani tradisional.

Tidak hanya kehilangan sumber ekonomi, warga juga menghadapi krisis air bersih dan merebaknya penyakit kulit akibat tercemarnya sumber air.

Baca Juga: Anak Salma Salsabil Siapa? Geger Umumkan Namanya di Pestapora 2025 Usai 5 Bulan Hiatus

Klaim Mitigasi Freeport Dianggap Tidak Memadai


Berita Terkait


News Update