POSKOTA.CO.ID - Walaupun investasi emas banyak diminati, ternyata juga punya beberapa kekurangan yang harus diperhatikan.
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi nilai emas, termasuk fluktuasi harga, spread tinggi, dan risiko keamanan.
Selain itu, investasi emas memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari instrumen lain seperti saham, reksadana, atau properti.
Dalam artikel ini, Anda bisa lebih mengetahui beberapa risiko investasi emas yang wajib diketahui sebelum menanamkan modal.
Jadi, sebelum membeli emas, pastikan Anda memahami faktor-faktor yang bisa membuat kantong bolong agar investasi emas tetap aman dan menguntungkan.
Baca Juga: Cara Diversifikasi Investasi Kripto, Simak 4 Strategi Efektif untuk Minimalkan Risiko
Risiko Investasi Emas
Sebagaimana dilansir dari kanal YouTube Halo Emas, berikut adalah beberapa risiko investasi emas yang bisa disimak selengkapnya.
1. Spread yang Cukup Tinggi
Salah satu kekurangan investasi emas yang paling menonjol adalah spread atau selisih harga beli dan jual yang tinggi.
Misalnya, untuk emas fisik, spread bisa mencapai sekitar 11 persen.
Sedangkan untuk emas digital, spread lebih murah, sekitar 3 persen, tapi tetap menjadi pertimbangan bagi banyak investor.
Kalau dibandingkan dengan investasi saham, spread ini jauh lebih rendah. Beberapa platform saham menawarkan spread hanya 0,45 persen.
Jadi kalau kamu bandingkan dengan emas, perbedaan ini cukup signifikan dan bisa memengaruhi keuntungan.
2. Risiko Kehilangan
Emas memiliki nilai tinggi dalam ukuran kecil, sehingga risiko kehilangan cukup besar.
Sekali hilang, kerugiannya terasa langsung. Berbeda dengan properti, misalnya, tanah atau bangunan tidak bisa hilang begitu saja.
Jadi, keamanan penyimpanan emas sangat penting untuk mengurangi risiko ini.
Baca Juga: Hanya Bermodal Rp 100 Ribu, Begini Cara Memulai Investasi Legal yang Aman untuk Pemula
3. Harga yang Fluktuatif
Harga emas tidak selalu naik. Meskipun secara jangka panjang cenderung meningkat, ada periode harga emas turun.
Data grafik 10 tahun terakhir menunjukkan kenaikan harga emas dalam rupiah sekitar 110 persen, namun jika dikonversi ke dolar, naiknya hanya 32,85 persen.
Artinya, investasi emas juga tergantung pada pergerakan nilai dolar. Jadi, kalau harga emas stabil tapi dolar naik, harga emas terhadap rupiah tetap meningkat.
4. Kenaikan Harga yang Lambat
Emas cenderung mengalami kenaikan harga lebih lambat dibanding instrumen investasi lain seperti saham, properti, atau reksadana.
Karena itu, emas lebih cocok untuk investasi jangka panjang, minimal 5 tahun, agar lebih menguntungkan. Investasi jangka pendek masih memungkinkan mengalami kerugian.
5. Dampak Terbatas pada Ekonomi Riil
Berbeda dengan investasi di obligasi atau saham, investasi emas tidak berkontribusi langsung pada pembangunan ekonomi riil.
Misalnya, obligasi membantu pemerintah membangun infrastruktur, dan saham membantu perusahaan memproduksi lebih banyak barang serta menyerap tenaga kerja.
Emas, meskipun bernilai tinggi, tidak mendorong pertumbuhan sektor riil secara langsung.
Meski emas punya kelemahan, tentu instrumen ini tetap memiliki keuntungan yang membuat banyak orang tertarik untuk berinvestasi.
Disclaimer: Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan bukan merupakan saran investasi. Sebelum mengambil keputusan investasi, sebaiknya konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional.