Jadi kalau kamu bandingkan dengan emas, perbedaan ini cukup signifikan dan bisa memengaruhi keuntungan.
2. Risiko Kehilangan
Emas memiliki nilai tinggi dalam ukuran kecil, sehingga risiko kehilangan cukup besar.
Sekali hilang, kerugiannya terasa langsung. Berbeda dengan properti, misalnya, tanah atau bangunan tidak bisa hilang begitu saja.
Jadi, keamanan penyimpanan emas sangat penting untuk mengurangi risiko ini.
Baca Juga: Hanya Bermodal Rp 100 Ribu, Begini Cara Memulai Investasi Legal yang Aman untuk Pemula
3. Harga yang Fluktuatif
Harga emas tidak selalu naik. Meskipun secara jangka panjang cenderung meningkat, ada periode harga emas turun.
Data grafik 10 tahun terakhir menunjukkan kenaikan harga emas dalam rupiah sekitar 110 persen, namun jika dikonversi ke dolar, naiknya hanya 32,85 persen.
Artinya, investasi emas juga tergantung pada pergerakan nilai dolar. Jadi, kalau harga emas stabil tapi dolar naik, harga emas terhadap rupiah tetap meningkat.
4. Kenaikan Harga yang Lambat
Emas cenderung mengalami kenaikan harga lebih lambat dibanding instrumen investasi lain seperti saham, properti, atau reksadana.
Karena itu, emas lebih cocok untuk investasi jangka panjang, minimal 5 tahun, agar lebih menguntungkan. Investasi jangka pendek masih memungkinkan mengalami kerugian.
5. Dampak Terbatas pada Ekonomi Riil
Berbeda dengan investasi di obligasi atau saham, investasi emas tidak berkontribusi langsung pada pembangunan ekonomi riil.
Misalnya, obligasi membantu pemerintah membangun infrastruktur, dan saham membantu perusahaan memproduksi lebih banyak barang serta menyerap tenaga kerja.