Profesi Salsa Erwina Apa? Sosok Muda UGM yang Viral Usai Tantang Debat Ahmad Sahroni

Jumat 29 Agu 2025, 14:11 WIB
Salsa Erwina Hutagalung, alumni UGM yang menorehkan prestasi sebagai juara debat internasional Asia Pasifik 2014. (Sumber: Instagram/@salsaerwina)

Salsa Erwina Hutagalung, alumni UGM yang menorehkan prestasi sebagai juara debat internasional Asia Pasifik 2014. (Sumber: Instagram/@salsaerwina)

Salah satu platform yang ia gunakan adalah Podcast Jadi Dewasa 101, tempat ia berbagi wawasan mengenai manajemen keuangan, kesehatan mental, hingga cara menghadapi tekanan sosial di usia muda. Kehadiran podcast ini membuktikan kepeduliannya terhadap generasi muda Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan transisi menuju kedewasaan.

Selain itu, Salsa juga kerap menyuarakan kritik tajam terhadap pejabat publik, termasuk soal tunjangan DPR yang dinilai berlebihan.

Suaranya semakin nyaring ketika tragedi driver ojol yang tewas akibat rantis Brimob menjadi isu nasional. Baginya, suara rakyat tidak boleh diabaikan, terlebih dalam konteks demokrasi yang seharusnya berpihak pada keadilan sosial.

Melihat kiprah Salsa Erwina dari kacamata manusiawi, ada pesan penting yang bisa kita renungkan: suara diaspora Indonesia tidak boleh diremehkan.

Sebagai seseorang yang hidup di Denmark, Salsa menyaksikan langsung bagaimana negara lain membangun sistem demokrasi dan kesejahteraan sosial. Pengalaman lintas budaya itu membuat kritiknya terhadap Indonesia terasa lebih tajam dan berbobot.

Salsa mewakili kelompok generasi muda terdidik yang tidak hanya sukses secara individu, tetapi juga berani menggunakan platformnya untuk mengingatkan publik. Ia menjadi contoh nyata bahwa kritik tidak selalu lahir dari oposisi politik dalam negeri, melainkan juga dari warga negara yang peduli meski tinggal jauh di seberang lautan.

Bagi banyak anak muda Indonesia, figur seperti Salsa bisa menjadi inspirasi: bahwa berani bersuara adalah bagian dari kontribusi nyata terhadap bangsa. Keberanian ini justru lahir dari cinta, bukan kebencian.

Dari Debat ke Demokrasi

Jika ditarik ke garis besar, perjalanan hidup Salsa membuktikan kesinambungan antara tradisi intelektual dan praktik demokrasi. Kemampuannya berdebat sejak kuliah mengajarkan bahwa argumen yang kuat hanya lahir dari data, logika, dan empati.

Kini, ketika ia melontarkan kritik terhadap DPR atau aparat negara, suaranya bukan sekadar amarah, tetapi hasil refleksi panjang dari pengalaman akademik, karier internasional, hingga kepedulian sosial. Dengan kata lain, Salsa mempraktikkan demokrasi bukan sekadar lewat hak pilih, tetapi juga melalui keberanian bersuara di ruang publik.

Baca Juga: Fiersa Besari Ngaku Gemerar dan Marah Lihat Video Affan Kurniawan Dilindas Brimob: Usut Tuntas

Tantangan dan Harapan

Namun, bukan berarti jalan Salsa selalu mulus. Di era media sosial, kritik tajam sering berujung pada serangan balik. Tidak jarang, komentar pedasnya memicu perdebatan panjang, bahkan cibiran dari pihak-pihak yang tidak sejalan.

Meski begitu, fenomena ini juga menunjukkan satu hal penting: ruang demokrasi di Indonesia masih hidup. Perdebatan, meski panas, tetap menjadi bagian dari dinamika masyarakat yang tengah belajar menghargai perbedaan pendapat.


Berita Terkait


News Update