Profil BWPT: Siapa Pemilik Saham Eagle High Plantations dan Apa Strategi Bisnis yang Dijalankannya?

Kamis 28 Agu 2025, 08:15 WIB
Saham BWPT: Siapa Pemilik PT Eagle High Plantations Tbk dan Bagaimana Arah Bisnisnya? (Sumber: Pinterest)

Saham BWPT: Siapa Pemilik PT Eagle High Plantations Tbk dan Bagaimana Arah Bisnisnya? (Sumber: Pinterest)

Hingga saat ini, operasi BWPT tersebar di Sumatra, Kalimantan, hingga Papua, dengan total lahan kelola mencapai 87.000 hektare (termasuk plasma). Dengan kapasitas olah mencapai 2,2 juta ton TBS per tahun, BWPT jelas menjadi salah satu pemain penting dalam rantai pasok minyak sawit Indonesia.

Struktur Pemegang Saham BWPT 2025

Menurut Laporan Investor Update per 30 Juni 2025, komposisi kepemilikan saham BWPT adalah sebagai berikut:

  • PT Rajawali Capital International (Rajawali Group/Peter Sondakh) → 37,70%
  • FIC Properties Sdn Bhd (FELDA Malaysia) → 37,00%
  • Publik (masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5%) → 25,30%

Dengan struktur ini, jelas terlihat bahwa BWPT dikuasai oleh dua blok besar:

  • Rajawali Group dengan pengaruh kuat Peter Sondakh.
  • FELDA Malaysia, institusi negara yang menjadi mitra strategis.

Sementara itu, investor publik tetap memegang peranan signifikan dengan lebih dari seperempat saham. Hal ini memberikan ruang bagi partisipasi ritel di pasar modal.

Cerita BWPT bukan sekadar catatan korporasi. Ia adalah gambaran bagaimana modal, politik, dan sumber daya alam berpadu dalam sebuah entitas bisnis.

  1. Bagi investor ritel, BWPT adalah peluang sekaligus tantangan. Saham perkebunan sawit umumnya sensitif terhadap harga komoditas global, regulasi lingkungan, serta isu keberlanjutan. Dengan struktur kepemilikan yang stabil antara Rajawali dan FELDA, investor publik memiliki keyakinan bahwa BWPT tidak mudah goyah.
  2. Bagi pemerintah Indonesia, kehadiran FELDA di dalam tubuh BWPT menunjukkan bahwa kelapa sawit adalah industri strategis yang bahkan menarik minat lembaga negara tetangga. Kolaborasi ini bisa menjadi jembatan diplomasi ekonomi.
  3. Bagi masyarakat lokal, keberadaan kebun sawit BWPT di Sumatra, Kalimantan, dan Papua menjadi sumber pekerjaan dan penghidupan. Namun, di sisi lain juga menimbulkan tantangan terkait pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan ekosistem.
  4. Bagi pengamat bisnis, perjalanan BWPT adalah refleksi dari bagaimana perusahaan lokal bisa bertransformasi menjadi pemain regional, bahkan internasional, berkat kolaborasi lintas negara.

Baca Juga: Motor Curian Kehabisan Bensin, Pelaku Curanmor di Serang jadi Bulan-bulanan Warga

Prospek BWPT 2025 ke Depan

Dengan meningkatnya kapasitas produksi pabrik baru di Kalimantan Timur, BWPT berpotensi meningkatkan margin keuntungan. Permintaan global terhadap CPO tetap tinggi, terutama dari India, China, dan pasar domestik Indonesia.

Namun, BWPT juga menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:

  • Harga CPO yang fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh pasar global.
  • Tekanan regulasi lingkungan, baik dari pemerintah Indonesia maupun standar internasional seperti ISPO dan RSPO.
  • Kompetisi antar produsen sawit di dalam negeri yang semakin ketat.

Di sisi lain, keberadaan FELDA memberi peluang akses pasar yang lebih luas di Malaysia dan jaringan global yang lebih kuat.

BWPT adalah cerminan perjalanan panjang sebuah perusahaan lokal yang bertransformasi menjadi pemain regional. Dari BW Plantation hingga Eagle High Plantations, dari IPO di BEI hingga masuknya FELDA Malaysia, kisah ini adalah potret bagaimana bisnis sawit menjadi ajang kolaborasi strategis lintas batas.

Bagi investor, memahami struktur kepemilikan, bidang usaha, dan arah ekspansi BWPT adalah kunci untuk menilai prospeknya. BWPT bukan sekadar saham perkebunan, melainkan juga simbol keterhubungan antara modal domestik dan regional.

Sebagai manusia, kita melihat bahwa setiap lembar saham BWPT bukan hanya angka di layar perdagangan, melainkan juga cerminan dari kerja keras ribuan pekerja di kebun sawit, keputusan strategis para pemegang saham, dan dinamika pasar komoditas global.


Berita Terkait


News Update