POSKOTA.CO.ID - Sejarah sebuah perusahaan selalu menjadi pijakan penting untuk memahami arah bisnisnya hari ini. PT Eagle High Plantations Tbk, yang kini dikenal dengan kode saham BWPT, awalnya bukanlah nama yang langsung melekat di benak publik.
Perusahaan ini pertama kali lahir pada tahun 2000 dengan nama PT Bumi Perdana Prima Internasional. Baru pada 2009, perusahaan melangkah ke Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melakukan penawaran umum perdana (IPO) dan memperoleh kode saham BWPT.
Namun, babak paling menentukan terjadi pada 2014. BW Plantation, nama lama BWPT, melebur dengan Green Eagle Group, entitas yang berada di bawah kendali Rajawali Group. Konsolidasi besar ini kemudian melahirkan nama baru yang lebih ikonik: PT Eagle High Plantations Tbk.
Transformasi ini tidak sekadar pergantian nama. Ia mencerminkan perubahan arah strategi perusahaan sekaligus mempertegas identitas BWPT sebagai bagian dari konglomerasi Rajawali milik Peter Sondakh, seorang figur yang kerap muncul dalam daftar orang terkaya versi Forbes.
Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Hari Ini Kamis 28 Agustus 2025: Galeri24 Stagnan, Antam Naik, UBS Turun
Masuknya FELDA Malaysia: Aliansi Lintas Negara
Kejutan berikutnya datang pada penghujung 2016 hingga 2017. Saat itu, dunia bisnis internasional menyoroti langkah berani Federal Land Development Authority (FELDA) Malaysia.
Melalui anak usaha investasinya, FIC Properties Sdn Bhd, FELDA membeli 37% saham BWPT. Transaksi ini bukan hanya bernilai besar, melainkan juga menjadi simbol kolaborasi lintas batas negara: Malaysia bertemu Indonesia dalam industri strategis kelapa sawit.
Media internasional seperti Reuters menyorotinya dengan intens. Sebab, FELDA bukan sekadar investor biasa. Ia adalah lembaga negara Malaysia yang dikenal luas sebagai pengelola perkebunan sawit terbesar di dunia.
Dengan masuknya FELDA, sejak 2017 BWPT memiliki dua pemegang saham utama: Rajawali Group di satu sisi, dan FELDA Malaysia di sisi lain. Komposisi kepemilikan ini membuat BWPT menjadi salah satu contoh konglomerasi agribisnis yang tidak hanya bertumpu pada modal lokal, tetapi juga dukungan regional.
BWPT Bergerak di Bidang Apa?
Secara formal, PT Eagle High Plantations Tbk adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. Fokusnya berada pada upstream business, yakni kegiatan usaha di hulu yang menghasilkan produk dasar untuk industri hilir.
Beberapa aktivitas utama BWPT meliputi:
- Pengelolaan kebun sawit untuk memproduksi tandan buah segar (TBS).
- Pengolahan TBS di pabrik milik perseroan menjadi crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK).
- Ekspansi kapasitas produksi, termasuk pembangunan Bangkirai Mill di Kalimantan Timur yang menambah kapasitas hingga 400 ton per jam pada 2025.
Hingga saat ini, operasi BWPT tersebar di Sumatra, Kalimantan, hingga Papua, dengan total lahan kelola mencapai 87.000 hektare (termasuk plasma). Dengan kapasitas olah mencapai 2,2 juta ton TBS per tahun, BWPT jelas menjadi salah satu pemain penting dalam rantai pasok minyak sawit Indonesia.
Struktur Pemegang Saham BWPT 2025
Menurut Laporan Investor Update per 30 Juni 2025, komposisi kepemilikan saham BWPT adalah sebagai berikut:
- PT Rajawali Capital International (Rajawali Group/Peter Sondakh) → 37,70%
- FIC Properties Sdn Bhd (FELDA Malaysia) → 37,00%
- Publik (masyarakat dengan kepemilikan di bawah 5%) → 25,30%
Dengan struktur ini, jelas terlihat bahwa BWPT dikuasai oleh dua blok besar:
- Rajawali Group dengan pengaruh kuat Peter Sondakh.
- FELDA Malaysia, institusi negara yang menjadi mitra strategis.
Sementara itu, investor publik tetap memegang peranan signifikan dengan lebih dari seperempat saham. Hal ini memberikan ruang bagi partisipasi ritel di pasar modal.
Cerita BWPT bukan sekadar catatan korporasi. Ia adalah gambaran bagaimana modal, politik, dan sumber daya alam berpadu dalam sebuah entitas bisnis.
- Bagi investor ritel, BWPT adalah peluang sekaligus tantangan. Saham perkebunan sawit umumnya sensitif terhadap harga komoditas global, regulasi lingkungan, serta isu keberlanjutan. Dengan struktur kepemilikan yang stabil antara Rajawali dan FELDA, investor publik memiliki keyakinan bahwa BWPT tidak mudah goyah.
- Bagi pemerintah Indonesia, kehadiran FELDA di dalam tubuh BWPT menunjukkan bahwa kelapa sawit adalah industri strategis yang bahkan menarik minat lembaga negara tetangga. Kolaborasi ini bisa menjadi jembatan diplomasi ekonomi.
- Bagi masyarakat lokal, keberadaan kebun sawit BWPT di Sumatra, Kalimantan, dan Papua menjadi sumber pekerjaan dan penghidupan. Namun, di sisi lain juga menimbulkan tantangan terkait pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan ekosistem.
- Bagi pengamat bisnis, perjalanan BWPT adalah refleksi dari bagaimana perusahaan lokal bisa bertransformasi menjadi pemain regional, bahkan internasional, berkat kolaborasi lintas negara.
Baca Juga: Motor Curian Kehabisan Bensin, Pelaku Curanmor di Serang jadi Bulan-bulanan Warga
Prospek BWPT 2025 ke Depan
Dengan meningkatnya kapasitas produksi pabrik baru di Kalimantan Timur, BWPT berpotensi meningkatkan margin keuntungan. Permintaan global terhadap CPO tetap tinggi, terutama dari India, China, dan pasar domestik Indonesia.
Namun, BWPT juga menghadapi sejumlah tantangan, antara lain:
- Harga CPO yang fluktuatif, sangat dipengaruhi oleh pasar global.
- Tekanan regulasi lingkungan, baik dari pemerintah Indonesia maupun standar internasional seperti ISPO dan RSPO.
- Kompetisi antar produsen sawit di dalam negeri yang semakin ketat.
Di sisi lain, keberadaan FELDA memberi peluang akses pasar yang lebih luas di Malaysia dan jaringan global yang lebih kuat.
BWPT adalah cerminan perjalanan panjang sebuah perusahaan lokal yang bertransformasi menjadi pemain regional. Dari BW Plantation hingga Eagle High Plantations, dari IPO di BEI hingga masuknya FELDA Malaysia, kisah ini adalah potret bagaimana bisnis sawit menjadi ajang kolaborasi strategis lintas batas.
Bagi investor, memahami struktur kepemilikan, bidang usaha, dan arah ekspansi BWPT adalah kunci untuk menilai prospeknya. BWPT bukan sekadar saham perkebunan, melainkan juga simbol keterhubungan antara modal domestik dan regional.
Sebagai manusia, kita melihat bahwa setiap lembar saham BWPT bukan hanya angka di layar perdagangan, melainkan juga cerminan dari kerja keras ribuan pekerja di kebun sawit, keputusan strategis para pemegang saham, dan dinamika pasar komoditas global.