Salah satunya adalah aksi memanjat pagar dan melompat ke tribun sebelah, yaitu kategori 1 yang banyak dikunjungi keluarga.
"Karena di kategori 1 itu banyak keluhan dari penonton kita, mereka rata-rata bawa keluarga," ucapnya. "Mereka datang ke situ dengan bahasa-bahasa yang kasar. Sehingga akhirnya mereka narik anak-anaknya untuk pindah."
Kerusakan lain yang disebutkan adalah kerusakan pada kabel penyangga. "Nah, denda ini paling banyak di situ. Selain itu juga ada kabel yang karena dia duduk di barisan paling depan. Ada sling yang buat nahan besi itu dibuat injekan mereka sehingga akhirnya itu putus," katanya.
Baca Juga: Update Klasemen BRI Super League 2025/2026: Borneo FC Geser Persija Jakarta di Posisi Puncak
Pendekatan dari Hati ke Hati
Berbeda dengan pernyataan keras yang biasa dilayangkan manajemen klub terhadap suporter, Bung Ferry lebih memilih pendekatan persuasif dan kekeluargaan. Ia memahami semangat The Jakmania tetapi mengingatkan bahwa tindakan destruktif justru akan menyakiti klub yang dicintai.
"Nah, ini yang harus kita hindari. Makanya himbauan hari ini yang paling kencang adalah kita minta tidak ada yang duduk di atas pagar. Terus kita diminta juga jangan ada yang berdiri di kursi," jelasnya.
Menjelang laga kandang berikutnya melawan Malut United di JIS, Bung Ferry berharap semua pelajaran telah dipetik. Ia mengajak seluruh elemen The Jakmania untuk bersama-sama menjaga aset kebanggaan mereka tersebut.
"Jadi saya berharap anak-anak The Jak untuk sama-sama jaga. Kita jaga stadion ini, kita jaga supaya kita bisa main terus di sini," jelasnya.
Peringatan ini bukan sekadar soal uang, tetapi tentang keberlanjutan untuk menciptakan atmosfer yang menggiring, namun tetap beradab dan tidak merugikan nama besar Persija Jakarta sendiri.