JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Dalam dunia bisnis, salah satu elemen yang menentukan keberlanjutan usaha adalah cashflow atau arus kas. Arus kas yang sehat memastikan bisnis memiliki dana yang cukup untuk memenuhi pengeluaran sehari-hari, seperti gaji karyawan, sewa tempat, pembelian bahan baku, dan biaya operasional lainnya.
Tanpa arus kas yang cukup, bisnis bisa kesulitan membayar kewajiban dan operasionalnya akan terganggu, bahkan bisa berhenti beroperasi. Pasar Digital (PaDi) UMKM milik PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) memberikan solusi atas berbagai kendala yang dihadapi berkaitan dengan Cashflow.
Bayangkan sebuah toko pakaian kecil yang dalam sebulan mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp50 juta. Sekilas, angka ini terdengar meyakinkan. Namun, bagaimana jika sebagian besar pembeli baru akan melunasi pembayarannya dua bulan kemudian, sementara toko harus membayar supplier dalam waktu 30 hari. Dalam situasi ini, toko tersebut sebenarnya kekurangan uang tunai untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Tanpa cash di tangan, keuntungan besar itu tidak banyak berguna. Bahkan, toko bisa terpaksa berhutang atau menghentikan operasional sementara hanya demi memenuhi tagihan.
Baca Juga: Dilan Janiyar Dua Kali Operasi Hidung hingga Face Contouring di Korea, Biayanya Ratusan Juta Rupiah
Demikian juga usaha lain, seperti Event Organizer, misalnya, cashflow adalah pondasi tak terlihat yang menopang kesuksesan setiap acara yang dirancang. Di permukaan, publik hanya melihat kemeriahan acara seperti pesta pernikahan, kemegahan panggung konser, atau kelancaran seminar korporat. Tapi di balik layar, tersimpan rangkaian transaksi keuangan yang kompleks, dimulai dari biaya sewa venue, pembayaran vendor, logistik, konsumsi, hingga honor kru. Yang semuanya sering kali harus dibayar jauh sebelum klien melunasi pembayaran mereka.
Kenyataan ini diungkap oleh pemilik PT Ziga Kreasi Utama Adi Setya Nugroho. PT Ziga Kreasi Utama merupakan sebuah Event Organizer yang sudah beroperasi sejak 15 tahun silam. Berbagai pengalaman baik skala nasional maupun internasional yang pernah ditangani, membawa Adi pada sebuah pelajaran bahwa cashflow sangat berperan penting dalam kelangsungan bisnis.
“Kunci dari event yang mau kita jalankan adalah harus modal di awal. Dan jujur saja, tantangan mungkin bagi semua EO berkaitan dengan pendanaan. Sementara pelunasan dari klien biasanya baru kami terima dua sampai empat bulan setelah event selesai. Bahkan pernah juga di atas lima bulan. Keuangan kami jadi stuck, padahal event lain sudah siap berjalan dan tidak mungkin kami tolak,” ungkapnya. Sejak bergabung menjadi seller di marketplace PaDi dua tahun lalu, Adi menemukan solusi atas tantangan yang dihadapinya dan tidak lagi khawatir terhadap cashflow.
Baca Juga: Spesifikasi Oppo Reno 14 5G: HP Serba Bisa dengan RAM 16 GB
Fitur Invoice Financing dari PaDi UMKM
Adi memanfaatkan fitur Invoice Financing dari PaDi yang membantunya memperoleh modal di awal dengan hanya menjaminkan invoice, “Sudah dua tahun ini kami terbantu oleh PaDi berkat Invoice Financing. Sejauh ini kami sudah mengajukan sebanyak 15 pembiayaan. Biasanya kami menerima pencairan pinjaman 80% dari invoice yang kami ajukan. Jujur, itu sangat membantu dibanding harus pinjam ke pihak ketiga,” ujarnya.
Berdasar pengalamannya, Adi pernah mencoba mengajukan pinjaman ke pihak ketiga dengan sistem bagi hasil di mana pihak ketiga tersebut meminta pembagian sebanyak 10%. Hal ini dirasa memberatkan karena margin yang seharusnya bisa digunakan untuk pengembangan bisnis menjadi tergerus. Adi juga pernah mencoba mengajukan ke lembaga keuangan langsung, tetapi dirinya mengalami kendala administrasi dan prosedurnya yang tidak bisa cepat. Sehingga, solusi Invoice Financing dari PaDi benar-benar memecahkan permasalahan yang dihadapinya.